FLORES TIMUR, KOMPAS.com - Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, kembali melaporkan perkembangan aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki selama periode Minggu (17/8/2025)-Senin (18/8/2025) pukul 12.00 Wita.
Pada periode ini teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal tinggi sekitar 50-800 meter dari puncak.
Cuaca di area puncak tampak cerah hingga berawan. Angin lemah ke arah utara, timur laut dan barat daya. Suhu udara sekitar 17-29 derajat celsius.
Baca juga: Gunung Lewotobi Kembali Erupsi, Warga dan Wisatawan Diminta Jauhi Radius 6 Kilometer
Terjadi letusan dengan tinggi 1.000-8.000 meter dari puncak, kolom abu letusan berwarna kelabu.
Terjadi guguran, namun secara visual, jarak dan arah luncuran tidak teramati.
Sementara itu, data kegempaan yang terekam, yaitu 8 kali gempa letusan, 14 kali gempa guguran, 51 kali embusan, tiga kali gempa harmonik.
Baca juga: Gunung Lewotobi dan Lewotolok Meletus Bersamaan Sore Ini
Kemudian, 28 kali gempa tremor non-harmonik, 10 kali low frequency, 110 kali vulkanik dalam, 12 kali tektonik lokal, dan empat kali tektonik jauh.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid melaporkan, pada Senin pukul 00.38 Wita terjadi erupsi eksplosif dengan tinggi kolom abu mencapai 8.000 meter di atas puncak, disertai suara gemuruh.
Setelah erupsi pertama, beber Wafid, terjadi peningkatan signifikan pada gempa vulkanik dalam yang kemudian memicu erupsi eksplosif kedua pada pukul 02.21 Wita dengan kolom abu setinggi 8.000 meter.
"Erupsi disertai dentuman keras yang terdengar hingga Pos PGA Lewotobi Laki-laki," katanya.
Selain itu, terekam tremor spasmodik pada pukul 07.28 Wita-07.55 Wita, mirip dengan kejadian erupsi pada 19 Mei 2025, namun dengan durasi yang lebih singkat.
Selanjutnya, terjadi beberapa erupsi susulan pada pukul 08.14 Wita, 08.34 Wita, 08.57 Wita, dan 09.11 Wita, dengan tinggi kolom abu mencapai 3.000–4.000 meter di atas puncak.
Wafid mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan tiltmeter selama 24 jam terakhir menunjukkan pola inflasi, meskipun sempat terjadi sedikit deflasi saat erupsi berlangsung beberapa kali.
Kondisi ini menandakan tubuh gunung api masih mendapat tekanan dari dalam, berupa suplai magma dari kedalaman.
"Situasi ini perlu diwaspadai karena masih berpotensi memicu erupsi eksplosif," katanya.
Sementara itu, data Global Navigation Satellite System (GNSS) pasca-rangkaian erupsi menunjukkan penurunan komponen vertikal dan kemudian stagnan.
Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian material dari dalam sudah keluar, namun masih ada material yang tertahan pada kedalaman dalam hingga dangkal.
Wafid menyampaikan, berdasarkan analisis visual dan instrumental, aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki masih tinggi, sehingga tingkat aktivitas masih ditetapkan pada level IV awas.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini