LAMONGAN, KOMPAS.com - Mendengar nama Jotosanur Lamongan, banyak orang mungkin membayangkan Sirkuit Jotosanur yang kerap menjadi tempat perlombaan motocross.
Namun kini, ada yang berbeda dengan Desa Jotosanur yang terletak di Kecamatan Tikung, Lamongan, Jawa Timur itu.
Desa Jotosanur kini dikembangkan menjadi kampung ketahanan pangan terpadu (Kampung Pandu) oleh Kodim 0812 Lamongan.
Desa itu juga dijadikan sebagai kampung tanpa residu.
Baca juga: Dugaan Korupsi Event Motocross Lombok-Sumbawa, Belasan Saksi Diperiksa
Tiga sektor, yakni pertanian, peternakan, dan perikanan, dibuat saling berintegrasi, sehingga tidak ada sisa atau limbah yang terbuang sia-sia.
“Dulu tempat ini untuk kejuaran motorcross, kemudian bisa disulap menjadi kampung pangan terpadu," ujar Bupati Lamongan Yuhronur Efendi, saat mendampingi Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin, bersama Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, meresmikan Kampung Pandu di Jotosanur, Kabupaten Lamongan, Senin (16/6/2025).
"Di sini sudah tidak ada yang tersisa. Limbah kotoran peternakan diolah menjadi pupuk, sisa hasil pertanian bisa menjadi pakan ternak. Semua sudah diolah, dimanfatkan semua. Bisa dibilang, Kampung Pandu bisa disebut kampung tanpa residu, tidak ada sisanya, semuanya diolah," katanya.
Tidak hanya itu, Kampung Pandu yang dikembangkan oleh Kodim 0812 Lamongan tersebut juga mampu menghasilkan varietas padi unggul yakni, PJM 01 hingga PJM 04.
Sekaligus menjadi tempat kolaborasi akademis riset dan pengembangan inovasi dari Satuan Tugas Sinergi dan Kolaborasi untuk Negeri (Satgas Sego Boran) untuk swasembada pangan.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengaku turut bangga atas apa yang dilakukan di Kampung Pandu.
Sebab, integrated farming di Kampung Pandu tidak hanya menyasar green economy atau pertanian, tetapi turut menyentuh sektor peternakan dan juga perikanan (blue economy).
“Kalau ada siapa pun pihak bertanya bagaimana konsep blue economic, tidak usah jauh-jauh, silakan datang ke Kampung Pandu Lamongan. Betapa Kampung Pandu ini hulu ke hilir, ekosistemnya, terbangun recycle yang luar biasa,” tutur Khofifah.
Baca juga: Polda Bengkulu Usut Dugaan Fee Proyek Rp 7,1 Miliar Dinas Pertanian Kaur
Khofifah juga turut menyoroti inovasi, kreativitas dan komitmen, yang telah dilaksanakan di Kampung Pandu.
Ia menilai, program yang dilaksanakan di Kampung Pandu menghasilkan teknologi tepat guna tetapi sederhana dalam mengembangkan integrated farming.
Khofifah berharap, inovasi yang berkembang di Kampung Pandu juga mampu direplikasikan di seluruh wilayah yang ada di Jawa Timur.
Sementara itu, Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin menegaskan, integrated farming sebenarnya tidak harus berada di dalam satu tempat atau berdampingan satu sama lain.
Namun, tetap terintegrasi kebermanfaatan di seluruh sektor.
“Ini ingin kita buat sistem terpadunya, bukan berarti bersama-sama, di lahan yang sama. Tapi kita ingin menyinergikan potensi yang ada, dimanfatkan satu sama lain. Ini tidak mudah, saya ingin teman-teman yang berperan aktif di sini tidak berhenti berinovasi,” tutur Rudy.
Selain itu, Rudy berkomitmen, integrated farming dapat dikembangkan di masing-masing Komando Resor Militer (Kodim) yang ada di wilayah Jawa Timur, dengan lahan minimal 10 hektare untuk swasembada pangan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini