PONOROGO, KOMPAS.com – Suasana ruang kelas satu SDN Setono di Jalan Niken Gandini, Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, terlihat lengang pada Senin (14/7/2025).
Sejumlah kursi terlihat ditumpuk di atas meja yang dipinggirkan di bagian belakang ruang kelas.
Ruang bagian tengah kelas terlihat melompong. Padahal hari ini merupakan hari pertama siswa baru tahun ajaran 2025-2026 masuk.
“Tahun ini siswa barunya kosong, tidak ada," ujar Plt Kepala SDN Setono, Suhadi.
Baca juga: Puspresnas Datangi Rumah Avan, Anak Penjual Es di Ponorogo yang Rumahnya Penuh Piala
Suhadi menambahkan, sepinya ruang kelas 1 di hari pertama siswa masuk pembelajaran tahun ajaran baru juga dirasakan tahun sebelumnya.
"Tahun lalu juga kosong," imbuhnya sambil tersenyum getir.
Baca juga: 3 SDN di Blitar Tak Buka Penerimaan Siswa Baru karena Kurang Diminati
Tahun baru pembelajaran 2023-2024 SDN Sentono juga hanya memiliki satu siswa baru. Namun dalam perjalanan waktu ada satu siswa yang pindah ke SDN Sentono.
"Tiga tahun lalu pada awal juga hanya ada satu siswa. Kemudian seiring waktu bertambah satu siswa. Hingga saat ini siswa kelas 3 hanya dua siswa," ucapnya.
Suhadi menyebut, total jumlah siswa di SDN Sentono saat ini adalah 16 siswa dari kelas 3 hingga kelas 6.
"Jumlah siswa saat ini 16 siswa. Kelas 6 ada sembilan siswa, kelas 5 ada satu siswa, kelas 4 ada empat siswa, kelas 3 ada dua siswa, kelas 2 dan kelas 1 kosong siswanya," ucapnya
Tak adanya siswa baru di sekolah itu, menurut Suhadi, karena minimnya lulusan TK di Kelurahan Sentono.
Lulusan TK terdekat dari SDN Setono tahun ini hanya tujuh orang. Lulusan SDN yang hanya tujuh orang itu pun diperebutkan lingkungan sekolah.
“Lulusan TK di sini hanya tujuh siswa, sementara sekolah kami dikepung sekolah lain. Ada SDN Japan, ada pula sekolah swasta,” ucapnya.
Letak sekolah yang berseberangan dengan perumahan warga juga menjadi kekhawatiran bagi orangtua siswa sehingga mereka memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah lain.
“Posisi Kelurahan Setono dibelah oleh jalan. Orangtua khawatir kalau harus menyeberang jalan. Orangtua juga memilih sekolah yang lebih dekat dengan rumah mereka di SD yang dekat Japan," pungkas Suhadi.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini