SIDOARJO, KOMPAS.com - Satu ruangan berukuran 3x1,5 meter, satu sisi berdinding kaca, buku-buku berbagai genre tersusun rapi di perpustakaan Oemah Aksoro.
Perpustakaan inj berlokasi di Desa Cemengkapuk, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Tak jauh dari pusat kota.
Meski terbilang tak luas, lima tahun lalu persisnya tahun 2020 masih terdengar riuh suara tawa anak-anak yang bercanda dan sekadar membolak-balikkan lembaran buku.
Berjalan ke 2025, suara itu sudah tak pernah terdengar lagi. Buku-buku itu juga masih tersimpan rapi tanpa berpindah tempat sebab tak ada yang mengambilnya.
Baca juga: Mengenal Majang Buku, Komunitas Baca di Lumajang yang Ubah Jalanan jadi Perpustakaan
Debu-debu setiap hari menempel di semua sisi, termasuk rak kayu dan cover buku. Sesekali, pemiliknya Mochammad Rizal Prasetya (31) membersihkannya.
Terlihat juga sarang laba-laba yang menempel pada bagian atas dan bawah rak kayu tempat susunan buku anak-anak Halo Balita.
“Sekarang makin sepi. Bulan lalu cuma tiga orang yang ke sini buat pinjam buku,” kata Rizal sambil menatap susunan buku di perpustakaan yang dia dirikan bersama komunitas pecinta literasi tahun 2020 silam.
sarang laba-laba menempel pada buku anak-anak di perpustakaan Oemah Aksoro, Minggu (10/8/2025)Hanya tiga orang yang mengetahui lokasi perpustakaan Oemah Aksoro lewat media sosial mampir untuk meminjam. Selebihnya, datang untuk membaca pun tidak ada.
Oemah Aksoro lebih ramai sekitar awal 2020. Anggota komunitas pecinta literasi sering menggelar kelas kreatif untuk anak-anak di lingkungan sekitar.
Namun, karena kesibukan masing-masing anggota, kelas kreatif pun vakum dan anak-anak jarang lagi datang ke perpustakaan.
“Waktu itu sempat saya ajak lagi teman-teman tapi ya gak bisa maksa karena sudah ada kesibukan sendiri-sendiri,” ucapnya.
Baca juga: Berawal dari Lapak Baca, Lahir Perpustakaan Desa
Rizal yang sehari-sehari berprofesi sebagai pengacara juga disibukkan dengan pekerjaannya. Bagi pengunjung yang ingin mampir, dia harus membuat janji terlebih dulu dengannya.
“Bikin appointment dulu karena saya gak selalu stay di sini. Terus memang dari marketing juga kurang, cuma pakai instagram,” tuturnya.
Wajar saja, pintu perpustakaan lebih sering terlihat tutup pada hari-hari biasanya selain ada yang sudah membuat janji untuk berkunjung.
Selain itu, menurut Rizal, yang bikin perpustakaan ini makin sepi karena minat membaca buku sekarang makin berkurang di kalangan masyarakat, terutama anak-anak di lingkungannya.