PASURUAN, KOMPAS.com - Petani tebu di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, merugi imbas beredarnya gula rafinasi secara bebas di pasaran. Petani berharap ada tindakan tegas dari pemerintah untuk menghentikan peredaran gula rafinasi.
Kini, sebanyak 5.466 ton gula kristal putih petani masih menumpuk di Pabrik Gula Kedawung.
"Program pemerintah untuk swasembada pangan memang sudah betul, namun realitanya petani tebu merugi. Karena tumpukan gula masih menumpuk di pabrik gula akibat gula rafinasi beredar bebas," kata Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Pasuruan, Mawardi, Rabu (27/8/2025).
Baca juga: Sopir Angkutan Dieng-Batur Gelar Aksi Mogok, Protes Adanya Jeep Wisata Tanpa Trayek Resmi
Dia menyebutkan, di Pabrik Gula Kedawung, terdapat 5.466 ton gula petani yang belum terjual. Sedangkan, pabrik masih terus melakukan penggilingan tebu hingga Desember 2025.
Jika gula petani terus menumpuk hingga masuk musim tanam pada bulan Januari, dipastikan petani tidak dapat menanam kembali tebu.
Baca juga: Tak Terserap Pasar, 10 Ton Gula Petani Jember Akan Dibeli Danantara
"Saat ini kelompok petani tebu belum dapat membayar utang bank. Solusinya, pemerintah segera beli gula yang di Pabrik Gula Kedawung," katanya.
Sedangkan untuk jumlah petani tebu di Kabupaten Pasuruan sebanyak 5.000 orang dengan jumlah lahan seluas 2.500 hektar. Selama melakukan tanam tebu hingga masuk pada penggilingan, petani mengandalkan modal dari pinjaman bank.
"Untuk harga pokok produksi tebu sebesar Rp 14.500 masih wajar. Namun kondisi saat ini, panen tebu, GKP (Gula Kristal Putih) kalah terdesak adanya gula rafinasi di pasar," ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, kini petani tebu hanya mengandalkan kebijakan pemerintah, yakni dengan melibatkan Satgas Pangan di lapangan untuk menyetop peredaran gula rafinasi dan membeli gula rakyat di pabrik gula.
"Agar bisa tanam lagi, yang dilakukan pemerintah setop gula rafinasi di pasar umum dan beli gula kami di pabrik," katanya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini