PAMEKASAN, KOMPAS.com - Kasus kematian akibat campak bertambah 4 anak di Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (3/9/2025).
Sesuai data per 31 Agustus 2025, korban meninggal dari dua anak meningkat menjadi 6 orang.
Korban meninggal di RSUD Smart dan sebagian di Rumah Sakit Mohammad Noer Pamekasan.
Mereka rata-rata sudah dirujuk dalam kondisi cukup parah.
Data yang dihimpun Kompas.com, dari enam anak yang meninggal, terdata dua positif campak, sedangkan empat lainnya masih berstatus suspek.
Dua korban meninggal dengan inisial MMSU dan MH dari Kecamatan Pasean, NA dan MZ dari Kecamatan Proppo, serta inisial RAM dari Kecamatan Tlanakan.
Baca juga: Dinkes Sumenep Gandeng Unair Gelar Penyelidikan Epidemiologi KLB Campak
Sementara itu, satu korban lainnya, inisial IY, berasal dari Kecamatan Pamekasan.
Semua korban yang meninggal berusia di bawah 5 tahun.
Kepala Dinas Kesehatan Pamekasan, Saifudin mengakui adanya lonjakan kasus campak.
Kasus suspek dari 144 meningkat menjadi 160 kasus.
"Dari 6 korban, 5 korban diketahui gizi buruk dan itu membahayakan. Termasuk berakibat pada infeksi paru-paru," katanya.
Pihaknya berharap korban meninggal tidak bertambah.
Anak yang mengalami gejala mengarah ke campak segera dibawa ke puskesmas atau fasilitas kesehatan.
Dengan begitu, tidak terjadi keterlambatan penanganan yang berakibat fatal. "Semua korban yang meninggal rata-rata dibawa ke puskesmas sudah dalam kondisi cukup parah," ujarnya.
Baca juga: Kunjungan ke Pasien Bikin Penularan Campak di Sumenep Meluas
Dia mengatakan, gejala campak dimulai dari demam selama tiga hari yang tidak turun, flu, batuk, kemudian muncul kemerahan di seluruh tubuh.
"Segera bawa ke puskesmas, selanjutnya medis yang menentukan kondisi anak harus rawat inap, dirujuk, maupun bisa dirawat di rumah," katanya.
Saifudin menegaskan, setelah melakukan audit klinis terhadap fasilitas kesehatan terkait kasus campak di wilayahnya, terungkap bahwa umumnya orangtua terlambat membawa anaknya ke puskesmas atau ke fasilitas kesehatan.
Saat dibawa, kondisinya sudah kurang baik. "Rata-rata orangtua terlambat membawa ke puskesmas. Mereka banyak memilih dirawat di rumah dan memanggil perawat. Setelah memburuk, baru dibawa ke puskesmas," ujar dia.
Pihaknya mengingatkan orangtua tidak mengulur waktu untuk membawanya ke puskesmas. "Ayo kita selamatkan anak kita, jangan ditunda-tunda," ucapnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang