MADIUN, KOMPAS.com - Musim kemarau basah yang masih berlangsung di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, berdampak buruk bagi petani tembakau di Desa Ngale, Kecamatan Pilangkenceng.
Curah hujan yang tidak menentu menyebabkan penurunan kualitas daun tembakau serta harga jualnya.
Wariyem, salah satu petani tembakau yang dijumpai pada Senin (15/9/2025), mengungkapkan bahwa kualitas daun tembakau menurun akibat seringnya hujan selama musim kemarau basah.
"Kalau musim hujan, daun tembakau jadi merah-merah hingga mengakibatkan kualitasnya turun. Harganya jual pun ikut turun. Sebelumnya harga jual kering rajang Rp 48.000, dan saat ini turun menjadi Rp 45.000 per kilogram," kata Wariyem.
Baca juga: Petani Merugi, Kemarau Basah Rusak Daun Tembakau Madura Siap Panen
Mulyono, petani tembakau lainnya, juga mengeluhkan perubahan cuaca yang berganti-ganti antara hujan dan panas.
Ia menyatakan bahwa kondisi ini membuat daun tembakau tidak lebar dan tidak gemuk seperti saat musim panas.
"Kualitas daun tembakau yang tidak bagus akan menjadikan harga turun hingga membuat petani merugi. Kalau harganya rendah terus, ya kami sebagai petani akan merugi," ujar Mulyono.
Ia berharap harga daun tembakau tidak turun lagi agar petani masih dapat menutupi biaya produksi.
Kabid Perkebunan Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, Imron Rosidi, menyatakan bahwa produksi tembakau di wilayah Kabupaten Madiun tahun ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.
Penyebabnya adalah hujan yang masih terjadi hingga bulan Mei, yang berpengaruh pada produktivitas tembakau.
Baca juga: Petani Tembakau di Ngawi Menjerit, Gagal Panen dan Harga Anjlok
"Faktor cuaca sangat berpengaruh. Kondisi basah akan membuat kadar tembakau menurun dan jumlah produksinya berkurang," kata Imron.
Ia juga menyebutkan bahwa di Kecamatan Pilangkenceng, luas lahan tembakau tahun ini hanya mencapai 122 hektar, padahal tahun sebelumnya lahan yang ditanami tembakau mencapai 140 hektar.
Selain itu, harga daun tembakau juga menurun drastis dari Rp 50.000 menjadi Rp 40.000 per kilogram.
Meskipun mengalami kerugian, petani tetap bertahan menanam tembakau karena sudah berpengalaman menghadapi risiko cuaca dan harga pasar.
Harapannya, harga saat ini masih stabil sehingga tidak merugikan petani tembakau.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang