SURABAYA, KOMPAS.com - Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menciptakan inovasi beras analog cepat saji dari umbi garut dan tulang ikan.
Ide tersebut pertama kali dicanangkan tim kolaborasi bernama Swasembada yang beranggotakan Mohammad Pradana Setyawan, Muhammad Kevin Mulki Hakim, dan Irvan Betrando Banjarnahor.
Ketua tim, Irvan menjelaskan inovasi yang berjudul GARNUSA tersebut menghadirkan beras analog cepat saji dengan fortifikasi nano kalsium dari tulang ikan didukung teknologi self-heating serta dikemas menggunakan kemasan biodegradable.
“Meski tidak berasal dari jurusan bisnis, kami berusaha menggabungkan berbagai disiplin ilmu yang dipelajari, sehingga menghasilkan inovasi yang realistis dan dapat diimplementasikan bagi masyarakat,” ujar Irvan, Senin (20/10/2025).
Baca juga: Seleksi Masuk PTN 2026, Cek Biaya kuliah Kedokteran UI, Unair, dan Unhas
Ia mengungkapkan bahwa inovasi tersebut berangkat dari permasalahan di masyarakat akibat urbanisasi yang menuntut masyarakat mengonsumsi makanan cepat saji akibat sibuk di dunia kerja.
Menurutnya, jika makanan cepat saji yang beredar memiliki indeks glikemik tinggi.
Dari masalah tersebut, tim Swasembada menghadirkan solusi berupa hilirisasi umbi garut yang diperkaya dengan fortifikasi nano kalsium tulang ikan dan dilengkapi teknologi self heating.
Nantinya, produk tersebut akan matang tanpa ada proses pemasakan, sehingga dapat menjadi alternatif pangan yang lebih sehat, praktis, dan ramah lingkungan.
“Kami ingin membuktikan bahwa mahasiswa Unair mampu menghadirkan solusi nyata dan berdampak bagi masyarakat sekitar,” tegasnya.
Tidak hanya itu, GARNUSA juga mampu memberikan ide makanan cepat saji yang sehat dan aman untuk berbagai kelompok usia.
Selain itu, hal tersebut juga dapat memberikan nilai tambah pada umbi garut dan limbah tulang ikan yang jarang dimanfaatkan.
Baca juga: Kisah Alissa, Raih Gelar S1-S2 dalam 4 Tahun dari Unair dan University of Durham
“Setelah semua ide tersebut dikumpulkan, kami menambahkan inovasi kemasan biodegradable untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan,” tuturnya.
Meski awalnya sempat meragukan peluang ide tersebut, tim Swasembada berhasil lolos pendanaan hingga tahap presentasi dalam ajang Kompetisi Mahasiswa Nasional Bidang Ilmu Bisnis, Manajemen, dan Keuangan (KBMK) 2025 yang diselenggarakan Kemendikbudristek RI.
Ia berharap melalui inovasi tersebut dapat mendukung pembangunan berkelanjutan melalui sektor perikanan dan pertanian lokal.
“Kami berharap GARNUSA bisa menjadi penggerak hilirisasi umbi garut di Indonesia serta meningkatkan nilai tambah limbah tulang ikan,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang