Dr. Ir. Dimitri Mahayana, M. Eng, CISA, ATD
Dosen STEI ITB & Founder Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Indonesia

Dimitri Mahayana adalah pakar teknologi informasi komunikasi/TIK dari Bandung. Lulusan Waseda University, Jepang dan ITB. Mengabdi sebagai Dosen di STEI ITB sejak puluhan tahun silam. Juga, meneliti dan berbagi visi dunia TIK kepada ribuan profesional TIK dari ratusan BUMN dan Swasta sejak hampir 20 tahun lalu.

Bisa dihubungi di dmahayana@stei.itb.ac.id atau info@sharingvision.com

kolom

Sirkuit Balapan AI Semakin Tajam! Apakah Manus AI Segera Gantikan ManusIA? (Bagian I)

Kompas.com - 17/03/2025, 07:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BELUM juga tahun 2025 berjalan tiga bulan, sirkuit balapan Akal Imitasi (AI/Artificial Intelligence) kian tajam dan saling menghujam.

Melihat pergerakannya yang agresif, apa iya peran manusia dalam dunia kerja segera digantikan robot AI semua?

Langkah terbaru perusahaan AI yang menyita perhatian adalah Manus AI pada 6 Maret 2025, oleh perusahaan startup, Monica.im dari China.

Manus merupakan AI agent yang dapat berencana, berpikir, dan menjalankan berbagai tugas secara independen.

ChatGPT dan Gemini mengandalkan petunjuk manusia untuk memandu mereka, tetapi Manus tidak menunggu instruksi.

Manus dirancang memulai tugas-tugasnya sendiri, menilai informasi baru, dan secara dinamis menyesuaikan pendekatannya!

Baca juga: Perkembangan Terbaru AI Awal 2025

Tidak seperti chatbot biasa, Manus dirancang melaksanakan tugas otonom di berbagai industri, dengan salah satu fitur utamanya asynchronous cloud-based functionality, memungkinkan permintaan pengguna tetap berjalan di cloud walaupun pengguna offline.

Diklaim mengungguli DeepResearch OpenAI dalam GAIA benchmark (metrik pihak ketiga yang digunakan untuk mengevaluasi asisten AI secara umum), Manus menggunakan three-agent system untuk menyelesaikan tugas.

Yakni planning agent (membagi tugas kompleks menjadi langkah-langkah lebih kecil), execution agent (menulis kode, mengakses API, dan melakukan tindakan), serta verification agent (memeriksa dan menyempurnakan hasil sebelum diserahkan).

Kita jelaskan dengan contoh. Seorang pengguna meminta Manus menganalisis kinerja saham Alibaba selama tiga tahun terakhir.

Maka, yang dilakukan Manus adalah mengambil data dari Yahoo Finance, menulis skrip Python untuk analisis korelasi, membuat laporan web interaktif, membandingkan Alibaba dengan JD.com dan Pinduoduo, serta menerapkan laporan sebagai situs web yang dapat dibagikan. Luar biasa!

Namun, bersamaan dengan ketenaran Manus AI, muncul keraguan tentang teknologinya. Muncul skeptisme tentang kemampuan teknologinya, antara lain, kurangnya transparansi terkait teknologi-teknologi pendukung.

Mekanisme invite-only web preview yang diterapkan justru menuai keraguan masyarakat, karena hanya segelintir orang yang dapat mengakses atau mengetahui bagaimana kemampuan AI ini.

Baca juga: Review dan Outlook Industri ICT Indonesia 2025

Selain itu, sehari setelah peluncuran, diberitakan akun resmi Manus di platform X terkena penangguhan karena melanggar aturan. Ada potensi keterkaitan Manus dengan penipuan mata uang kripto oleh pihak ketiga yang mencoba memanfaatkan trafiknya.

Beberapa vendor bahkan menjual Manus invitation code atau menyewakan akun di Xianyu (second-hand online marketplace), sehingga memicu kritik bahwa tim di belakang Manus sengaja menerapkan taktik pemasaran yang langka.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau