KOMPAS.com – Stasus Gunung Slamet di Jawa Tengah naik dari Level I (normal) ke Level II (waspada) pada Kamis (19/10/2023).
Akibatnya, aktivitas dalam radius dua kilometer (km) dari kawah Gunung Slamet yang ada di puncak, dilarang.
Dengan naiknya status gunung setinggi 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu, bagaimana aktivitas pendakiannya?
Baca juga: Pascakebakaran, Kunjungan ke Gunung Bromo Masih Lesu
Adapun saat peningkatan status tersebut, pendakian Atap Jawa Tengah sudah ditutup lebih dari satu bulan.
Itu karena pendakian Gunung Slamet sudah ditutup sejak 14 September 2023 untuk mengantisipasi kebakaran hutan.
“Iya, bendar, pendakian Gunung Slamet ditutup sejak 14 September 2023,” kata petugas Basecamp Pendakian Gunung Slamet via Bambangan bernama Sugeng Riyadi kepada Kompas.com, Kamis.
Meski jalur pendakian ditutup, tempat destinasi wisata di sekitar gunung tertinggi di Jawa Tengah itu masih aman untuk dikunjungi.
Salah satunya adalah Baturraden di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Dilansir dari Kompas.com, Kamis, destinasi wisata ini masih aman untuk dikunjungi.
Baca juga: Pesona Ubun-ubun Jawa Tengah, Pendakian Gunung Muria Puncak Songolikur
“Peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Slamet itu hal biasa dan merupakan dinamika kegunungapian,” kata Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyumas, Setia Rahendra.
Rianto menampilkan tarian lengger dengan iringan musik jazz dalam QRIS Jazz Gunung Slamet di Wanawisata Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (14/10/2023) petang.Ia melanjutkan, wisatawan pun tidak perlu khawatir untuk datang dan berwisata ke Baturraden.
Selain itu, jarak dari destinasi wisata Baturraden dari puncak (kawah) Gunung Slamet cukup jauh, yakni sekitar 12 km.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang