KOMPAS.com - Kairo, Mesir kini memiliki ikon budaya baru yang siap menarik perhatian dunia. Grand Egyptian Museum (GEM) atau Museum Agung Mesir (proyek megah senilai 1,2 miliar dollar AS atau Rp 19 triliun), resmi dibuka di Giza.
Lokasi museum ini hanya beberapa langkah dari salah satu keajaiban dunia kuno, Piramida Agung Khufu.
Didesain sebagai museum arkeologi terbesar di dunia yang didedikasikan untuk satu peradaban, GEM menampung lebih dari 100.000 artefak yang menggambarkan perjalanan panjang sejarah Mesir, dari masa prasejarah hingga era Romawi.
Berdiri megah di area seluas 500.000 meter persegi (setara dengan 70 lapangan sepak bola), museum ini memadukan kemegahan arsitektur modern dengan warisan kuno Mesir.
Fasad kacanya yang berbentuk segitiga terinspirasi dari piramida, sementara interiornya dipenuhi hieroglif dan batu alabaster yang tembus cahaya.
Baca juga: 5 Fakta Museum Agung Mesir, Piramida Keempat yang Akhirnya Dibuka
Begitu memasuki museum, pengunjung disambut oleh patung raksasa Firaun Ramses II setinggi 11 meter dan obelisk menggantung sepanjang 16 meter yang berusia lebih dari 3.000 tahun.
Sebuah tangga besar enam lantai yang dipenuhi patung para raja dan ratu kuno membawa pengunjung ke galeri utama dengan jendela besar yang menawarkan pemandangan langsung ke Piramida Giza.
Daya tarik utama GEM tak lain adalah koleksi lengkap peninggalan Firaun Tutankhamun (lebih dari 5.000 artefak dari makamnya di Lembah Para Raja, Luxor).
Untuk pertama kalinya sejak ditemukan oleh arkeolog Inggris Howard Carter pada tahun 1922, seluruh isi makam sang raja muda dipamerkan secara utuh dalam satu ruang.
Koleksi ini mencakup topeng emas legendaris Tutankhamun, tahta kerajaan, kereta perang, hingga perhiasan dan perlengkapan pemakaman lainnya.
“Koleksi Tutankhamun adalah mahakarya dari museum ini,” ujar arkeolog paling terkenal di Mesir dan mantan Menteri Purbakala Zahi Hawass.
Menurut Presiden Asosiasi Internasional Ahli Mesir Kuno dan mantan kepala GEM, Tarek Tawfik, pameran ini dirancang agar pengunjung bisa merasakan pengalaman seperti yang dialami Howard Carter saat pertama kali menemukan makam tersebut.
Baca juga: Anjing Liar Panjat Piramida Mesir, Wisatawan Terkesima, Sebut bak Firaun
“Tidak ada lagi yang tersisa di penyimpanan atau di museum lain. Inilah pengalaman yang lengkap,” jelasnya.
Pemerintah Mesir berharap kehadiran GEM akan menjadi titik balik bagi kebangkitan pariwisata nasional, sektor vital yang sempat terpukul akibat gejolak politik pasca-Arab Spring 2011, pandemi Covid-19, serta dampak perang di Ukraina.
Dengan target ambisius, Mesir berencana melipatgandakan jumlah wisatawan dari 15,7 juta pada tahun 2024 menjadi lebih dari 30 juta pada 2032.
Baca juga: Waktu yang Tepat untuk Traveling ke Mesir