KOMPAS.com - Di dalam kawasan Taman Nasional Nelson Lakes, Pulau Selatan, Selandia Baru, tersembunyi danau berwarna biru-violet yang memukau, bernama Blue Lake atau Danau Biru.
Dikelilingi oleh hutan pegunungan yang curam dan dialiri oleh mata air glasial dari Danau Constance, danau kecil ini memiliki signifikansi besar, baik secara ilmiah maupun budaya.
Danau ini pertama kali ditemukan oleh suku Māori Ngāti Apa dan diberi nama Rotomairewhenua, yang berarti "danau tanah yang damai."
Baca juga: Bandara Selandia Baru Larang Pelukan Perpisahan Lebih dari 3 Menit
Tempat ini dulunya digunakan dalam ritual pembersihan tulang orang yang telah meninggal, tradisi yang diyakini dapat membantu perjalanan arwah menuju tanah leluhur mereka di Hawaiki.
Dalam beberapa dekade terakhir, para peneliti menemukan bahwa air di danau ini memiliki kejernihan luar biasa, dengan tingkat visibilitas mencapai 70 hingga 80 meter. Hal ini menjadikannya sebagai "danau air tawar paling jernih yang pernah tercatat."
Lihat postingan ini di Instagram
Namun, dengan meningkatnya popularitas tempat ini sebagai destinasi wisata, muncul ancaman terhadap kemurnian airnya.
Salah satu ancaman terbesar terhadap kejernihan Danau Rotomairewhenua adalah penyebaran lindavia, sejenis alga mikroskopis yang dikenal sebagai "lake snow" atau "lake snot."
Alga ini dapat menciptakan lapisan lendir di permukaan air yang berpotensi mengurangi kejernihan danau. Saat ini, lindavia sudah ditemukan di beberapa danau di sekitar Rotomairewhenua, seperti Danau Rotoiti, Rotoroa, dan Tennyson.
Baca juga: Waktu Terbaik ke Selandia Baru, Sesuaikan dengan Tujuan
Lindavia pertama kali ditemukan di Selandia Baru pada awal tahun 2000-an, kemungkinan besar terbawa dari Amerika Utara melalui peralatan memancing atau aktivitas manusia lainnya.
Studi menunjukkan bahwa penyebaran alga ini terutama disebabkan oleh manusia. Bahkan, hanya satu titik kecil alga ini dapat mengubah ekologi sebuah danau secara permanen.
Sejak penelitian tentang kejernihan danau dipublikasikan pada tahun 2013, jumlah pengunjung ke Rotomairewhenua meningkat lebih dari dua kali lipat.
Ini membuat Departemen Konservasi Selandia Baru, Ngāti Apa ki te Rā Tō Trust, dan Te Araroa Trust bekerja sama dalam menerapkan langkah-langkah untuk melindungi danau.
Salah satu langkah utama adalah pemasangan stasiun pembersihan di jalur menuju danau. Wisatawan diminta untuk membersihkan sepatu dan perlengkapan mereka sebelum mendekati danau guna mencegah penyebaran spesies invasif.
Selain itu, wisatawan dihimbau untuk tidak menyentuh air danau, baik untuk berenang, membasahi handuk, atau sekadar mencelupkan kamera.
Baca juga: Indonesia Jadi Destinasi Favorit Turis Australia, Geser Selandia Baru
Secara budaya, air Rotomairewhenua dianggap "tapu" (suci) oleh suku Ngāti Apa. Masuk ke dalam air dianggap sebagai pelanggaran terhadap nilai-nilai spiritual mereka.