KOMPAS.com — Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka dikenal sebagai salah satu bandara termegah di Indonesia.
Bangunannya modern, runway-nya panjang, dan fasilitasnya berstandar internasional. Namun di balik kemegahan itu, ada satu pertanyaan besar yang terus muncul sejak diresmikan: kenapa Bandara Kertajati sepi?
Pertanyaan ini juga disinggung langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam acara media gathering di Jakarta Pusat, Selasa (21/10/2025).
Baca juga: Akui Jalan Sempit, AHY Berencana Perbaiki Infrastruktur di Dieng
“Siapa yang pernah ke sana? Seperti apa Kertajati? Sepi? Tapi bagus kan? Besar, bagus, megah, tapi in the middle of nowhere, di Majalengka, kawasan Rebana (Cirebon, Patimban, Kertajati) namanya,” ujar AHY.
Salah satu alasan utama kenapa Bandara Kertajati masih sepi adalah minimnya konektivitas transportasi menuju bandara.
Lokasinya yang berada di Majalengka, sekitar 68 kilometer dari Bandung dan jauh dari pusat-pusat permukiman besar, membuat akses penumpang terbatas.
“Bandaranya dibangun, tapi konektivitasnya terlambat sehingga nanggung. 'Ah, kalau begitu mending di Jakarta sekalian', lalu ditinggalkan, sepi,” kata AHY.
Selama beberapa tahun pertama beroperasi, akses menuju bandara memang belum sepenuhnya terhubung dengan jaringan jalan tol maupun transportasi publik yang memadai.
Baca juga: Sebab Bandara Kertajati Sepi, Padahal Habiskan APBN 2,3 Triliun
Hal ini membuat masyarakat Jawa Barat, terutama dari Bandung, lebih memilih bandara lain yang lebih mudah dijangkau, seperti Soekarno-Hatta di Tangerang.
Bandara Kertajati resmi beroperasi penuh pada 30 Oktober 2023, setelah penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung, dialihkan seluruhnya.
Namun, pengalihan itu tidak serta-merta membuat penumpang berbondong-bondong pindah ke Kertajati.
Sebagian besar masyarakat merasa Bandara Husein lebih praktis karena lokasinya di tengah kota, sementara Kertajati membutuhkan waktu tempuh tambahan hingga dua jam dari Bandung.
Baca juga: Paket Wisata Baru Disiapkan untuk Dukung Bandara Kertajati
Menteri Perhubungan saat itu, Budi Karya Sumadi, menjelaskan bahwa pengalihan dilakukan demi keselamatan dan peningkatan kapasitas penerbangan.
“Kita butuh runway yang lebih panjang dari Bandara Husein, supaya pesawat besar seperti Boeing 777 bisa mendarat, sehingga penerbangan dari luar negeri bisa langsung mendarat di Jawa Barat,” ujarnya.
Secara teknis, keputusan ini benar, tapi dari sisi pengalaman penumpang, faktor kenyamanan dan efisiensi waktu masih menjadi tantangan utama.