KOMPAS.com - Mengarungi kehidupan sebagai mahasiswa di ibukota Jakarta bukan hal yang mudah.
Rosarius Tebai atau yang akrab dipanggil Rio berhasil menyelesaikan pendidikan di Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta (FMIPA UNJ) melalui Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik).
Rio berasal dari Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah. Dia mengikuti Wisuda Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025 Gelombang Kedua di Sesi Ketiga, yang diselenggarakan di Gedung Olahraga UNJ, Jakarta Timur pada Rabu (29/10/2025).
Rio menempuh pendidikan SMA di Kabupaten Nabire, Papua Barat.
Baca juga: Indah JKT48 Lulus Sarjana dari UNJ, Baru Selesai Konser 2 Hari Sebelum Sidang
“Setelah lulus SMA, saya ikut tes dari Kabupaten Nabire dan akhirnya diterima di UNJ. Saat itu kami belum tahu banyak tentang UNJ dan Jakarta, kami hanya senang bisa lanjut sekolah,” kenang Rio, dikutip dari laman UNJ, Senin (3/11/2025).
Beasiswa ADik merupakan program dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti saintek) Republik Indonesia.
Rio sempat tertarik kuliah kedokteran. Namun ia akhirnya mantap memilih Biologi. Menurutnya, ilmu Biologi memiliki banyak peluang untuk memahami kehidupan dan potensi sumber daya alam, khususnya di Papua.
“Kami, putra daerah, sudah mengenal medan. Dengan ilmu yang kami dapat, kami bisa mengeksplorasi banyak hal di Papua,” katanya penuh semangat.
Baca juga: Labschool UNJ Buka Rekrutmen Guru bagi Lulusan D3-S1, Cek Syaratnya
Proses adaptasi menjadi tantangan terbesar bagi mahasiswa angkatan 2018 ini dan memengaruhi waktu tempuh kuliahnya.
Perbedaan lingkungan, budaya, dan gaya belajar membuatnya harus menyesuaikan diri.
“Di sini, pola pikir dan cara hidup saya berubah. Disiplin waktu dan sistem perkuliahan di Jakarta lebih ketat, sementara di Papua dulu lebih santai,” ungkap Rio.
Universitas Negeri jakartaIa mengapresiasi para dosennya di UNJ yang menurutnya sangat pengertian dan mendukung perkembangan mahasiswa.
Rio bercita-cita kembali ke Papua dan mengabdi di tanah kelahirannya. Ia berujar di daerah pedalaman masih sangat membutuhkan tenaga muda yang terdidik.
Baca juga: Kisah Bandiono, Wafat 4 Hari Sebelum Wisuda, Lulus S3 UNJ di Usia 74 Tahun
“Mahasiswa Papua harus berani merantau dan jangan minder karena berbeda ras. Kalau kamu minder, berarti kamu tertinggal. Rajinlah masuk kuliah, karena kalau tidak, kita akan rugi dan tertinggal banyak materi,” imbuh dia.
Tak lupa ia menekankan pentingnya punya mental yang kuat saat merantau.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarangArtikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya