KHARTUM, KOMPAS.com - Barang-barang antik tak ternilai harganya dijarah dari museum di Sudan selama perang. Warisan arkeologi itu lantas diselundupkan keluar serta dijual secara daring.
Diketahui, Sudan dilanda prang lebih dari setahun antara para jenderal yang bermusuhan telah menewaskan puluhan ribu orang.
Akibat perang itu juga memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka, dan membuat barang antik berharga negara itu menjadi sasaran penjarah.
Baca juga: AS Desak Panglima Militer Sudan Ikut Perundingan Gencatan Senjata
Pada Kamis (12/9/2024), UNESCO, badan budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan ancaman terhadap budaya telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Hal itu karena ada laporan penjarahan museum, warisan dan situs arkeologi.
Di ibu kota Khartum, tempat pertempuran pecah pada April 2023 antara tentara dan pasukan paramiliter, Museum Nasional Sudan yang baru saja direnovasi telah mengalami pencurian artefak berharga, kata para arkeolog dan pejabat, dikutip dari AFP pada Jumat (13/9/2024).
Museum ini menyimpan artefak prasejarah dari era Paleolitik dan benda-benda dari situs terkenal Kerma di Sudan utara, serta benda-benda dari zaman Firaun dan Nubia.
Pertama kali dibuka pada tahun 1971, museum ini didirikan sebagian untuk menyimpan benda-benda yang diselamatkan dari daerah yang akan dibanjiri oleh pembangunan bendungan Aswan yang besar di Mesir.
Akan tetapi saat ini artefak-artefaknya terancam oleh perang.
Baca juga: 3 Hari Serangan Paramiliter Sudan Menewaskan 65 Orang
"Museum Nasional Sudan telah menjadi sasaran penjarahan besar-besaran," kata Ikhlas Abdel Latif, kepala museum di otoritas barang antik nasional.
"Benda-benda arkeologi yang disimpan di sana telah dibawa dengan truk-truk besar dan dipindahkan ke wilayah barat dan perbatasan, khususnya di dekat Sudan Selatan," jelas dia.
Pulau Meroe, situs Warisan Dunia UNESCO yang merupakan rumah bagi ibu kota Kerajaan Kush kuno dan puluhan piramidanya, juga terancam.
Artefak dan aksesori pameran telah dicuri dari museum di Nyala, ibu kota negara bagian Darfur Selatan, kata Abdel Latif.
Sementara di Omdurman, tepat di seberang Sungai Nil dari Khartum, sebagian dari museum Khalifa House juga hancur.
Minggu lalu, Asosiasi Sahabat Museum Sudan mengutuk dengan keras penjarahan yang terjadi di seluruh negeri.
Para ahli menyuarakan kekhawatiran setelah menemukan artefak hasil jarahan yang ditawarkan untuk dijual daring.
Baca juga: Perang di Sudan, 226 Tewas dan Lukai 1.418 Orang
Di situs lelang eBay, seorang pengguna menawarkan barang-barang yang ditampilkan sebagai barang antik Mesir yang menurut media Sudan, dijarah dari Sudan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang