KOMPAS.com - Anak-anak yang menggunakan rokok elektrik atau vape disebut tiga kali lebih berisiko menjadi perokok di kemudian hari. Hal itu terungkap dalam analisis terbaru yang mengaitkan penggunaan vape di usia muda dengan berbagai masalah kesehatan.
Penelitian yang dilakukan tim dari University of York dan London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM) menunjukkan, remaja pengguna vape tidak hanya lebih berpeluang menjadi perokok.
Tetapi mereka juga cenderung merokok lebih sering dan intens dibandingkan dengan yang tidak menggunakan rokok elektrik.
Baca juga: Saat Digerebek, Remaja Singapura Kedapatan Simpan 54 Vape di Rumahnya
Analisis ini merupakan tinjauan umum terhadap 56 ulasan dari 384 studi terkait penggunaan vape di usia muda. Dari jumlah tersebut, sebanyak 21 ulasan secara khusus membahas kaitan antara penggunaan vape dengan kebiasaan merokok di kemudian hari.
Tinjauan global terbesar mengenai penggunaan vape pada anak muda itu menemukan adanya peningkatan risiko penyakit pernapasan, seperti asma dan eksaserbasi asma.
Selain itu, ditemukan pula kaitan dengan penyalahgunaan zat, termasuk konsumsi alkohol serta penggunaan ganja.
Hasil studi juga menunjukkan adanya hubungan penggunaan vape dengan pneumonia, bronkitis, penurunan jumlah sperma total, serta gejala lain seperti pusing, sakit kepala, dan migrain.
Tak hanya itu, para peneliti mengidentifikasi adanya hubungan antara penggunaan vape di usia muda dengan depresi serta munculnya pikiran untuk bunuh diri.
Baca juga: Vape dan Power Bank Meledak di Kabin, Pesawat easyJet Batal Terbang
Dalam publikasi di jurnal Tobacco Control, para peneliti menegaskan bahwa data yang tersedia secara konsisten menunjukkan adanya hubungan signifikan antara penggunaan vape dan kebiasaan merokok pada remaja.
Meski demikian, mereka mengakui sulit untuk menyimpulkan kausalitas dari tinjauan tersebut. Namun, bukti yang berulang dari studi kohort prospektif dinilai konsisten dengan hubungan kausal.
“Konsistensi buktinya sangat mencolok,” kata Dr. Su Golder, profesor madya ilmu kesehatan di University of York, sebagaimana diberitakan Sky News pada Rabu (20/8/2025).
“Di berbagai studi, remaja yang menggunakan rokok elektrik lebih mungkin merokok di masa mendatang. Temuan ini mendukung langkah-langkah kesehatan masyarakat yang lebih kuat untuk melindungi remaja dari risiko yang terkait dengan vaping,” lanjutnya.
Sementara itu, Dr Greg Hartwell, asisten profesor klinis di LSHTM, menilai hasil tinjauan ini menjadi alasan pentingnya pembatasan lebih ketat terhadap industri tembakau.
Baca juga: WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan
Studi tersebut dirilis setelah Inggris memberlakukan larangan penjualan dan penyediaan vape sekali pakai, baik dengan maupun tanpa nikotin, sejak Juni lalu.
Larangan ini diberlakukan menyusul meningkatnya popularitas vape sekali pakai di kalangan anak-anak usia 11 hingga 15 tahun.