Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Demo Nepal Mematikan, Tentara Kini Ambil Alih Jalanan Kathmandu

Kompas.com - 10/09/2025, 11:58 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AFP

KATHMANDU, KOMPAS.com - Tentara Nepal pada Rabu (10/9/2025) mulai berpatroli di jalanan Ibu Kota Kathmandu, setelah demo yang berujung ricuh memaksa perdana menteri mundur dan gedung parlemen dibakar.

Demo Nepal awalnya digelar pada Jumat (5/9/2025) untuk menentang larangan pemerintah terhadap media sosial serta maraknya korupsi.

Namun, unjuk rasa dengan cepat meluas menjadi gelombang kemarahan nasional yang berujung pada pembakaran gedung-gedung pemerintah dan bentrokan mematikan. Sedikitnya 22 orang dilaporkan tewas.

Baca juga: Kronologi Demo Nepal: Dari Pemblokiran Medsos hingga Mundurnya PM dan Presiden

Seorang reporter AFP menyebutkan, kepulan asap masih terlihat dari gedung-gedung pemerintah, rumah politisi, supermarket, dan bangunan lain yang diserang massa. Jalanan dipenuhi kendaraan hangus serta ban terbakar.

"Hari ini sepi, tentara ada di mana-mana di jalanan," ujar seorang tentara yang enggan disebutkan namanya saat berjaga di pos pemeriksaan darurat.

Kerusuhan juga menyasar rumah Perdana Menteri KP Sharma Oli. Geng-geng dilaporkan menyerang dan membakar kediamannya pada Selasa (9/9/2025).

Politisi berusia 73 tahun itu kemudian mengundurkan diri setelah empat kali menjabat sebagai perdana menteri. Lokasi keberadaannya hingga kini tidak diketahui.

Tangkapan layar dari video AFPTV menunjukkan rumah Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli dibakar massa dalam demo yang berujung ricuh pada Selasa (9/9/2025). Oli pun telah mengundurkan diri dalam demo Nepal yang pecah sejak 5 September 2025.AFPTV/UJJWAL DHUNGANA Tangkapan layar dari video AFPTV menunjukkan rumah Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli dibakar massa dalam demo yang berujung ricuh pada Selasa (9/9/2025). Oli pun telah mengundurkan diri dalam demo Nepal yang pecah sejak 5 September 2025.
Panglima Angkatan Darat Nepal, Jenderal Ashok Raj Sigdel, menyerukan dialog untuk meredakan situasi.

"Untuk memberikan resolusi damai kepada bangsa, kami mendesak semua kelompok yang terlibat dalam protes untuk membatalkannya dan berdialog," kata Sigdel dalam pesan video pada Selasa malam.

Baca juga: Demo Nepal Memanas: 19 Korban Jiwa, Parlemen Dibakar, Istri Eks PM Tewas Terjebak Api

Krisis politik terbaru ini dinilai sebagai titik balik bagi Nepal. International Crisis Group menilai kerusuhan tersebut mencerminkan pengalaman sulit negara Himalaya berpenduduk 30 juta jiwa itu dalam menjalankan demokrasi.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres turut menyerukan pengekangan diri.

"Kami mendesak agar tidak ada eskalasi kekerasan lebih lanjut," ujar juru bicaranya, Stephane Dujarric.

Selain itu, Perdana Menteri India Narendra Modi juga menekankan pentingnya stabilitas. "Stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran Nepal adalah yang terpenting bagi semuanya," ujarnya.

Meski begitu, arah politik Nepal masih belum jelas. "Para pengunjuk rasa, para pemimpin yang mereka percayai, dan tentara harus bersatu untuk membuka jalan bagi pemerintahan sementara," kata pengacara konstitusi Dipendra Jha.

Analis Crisis Group, Ashish Pradhan, menambahkan bahwa pengaturan transisi perlu segera dibentuk.

"Transisi harus melibatkan tokoh-tokoh yang masih memiliki kredibilitas di mata rakyat, terutama kaum muda Nepal," ucapnya.

Baca juga: Istri Mantan PM Nepal Tewas Saat Rumahnya Dibakar Demonstran

Demo Nepal dipicu kebijakan pemerintah yang memblokir 26 platform media sosial pada Jumat (5/9/2025), termasuk Facebook, YouTube, dan X.

Sejak itu, video di TikTok yang tidak diblokir menjadi viral, memperlihatkan perbandingan kehidupan rakyat biasa dengan anak-anak politisi yang kerap memamerkan barang mewah dan liburan mahal.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Terkini Lainnya
Petarung Indonesia dan Malaysia Berkelahi Saat Konferensi Pers
Petarung Indonesia dan Malaysia Berkelahi Saat Konferensi Pers
Global
Jamaika Porak-poranda Dihantam Badai Melissa, Terkuat di Dunia dalam 90 Tahun
Jamaika Porak-poranda Dihantam Badai Melissa, Terkuat di Dunia dalam 90 Tahun
Global
Ketika Uni Soviet Mata-matai AS lewat Karya Seni...
Ketika Uni Soviet Mata-matai AS lewat Karya Seni...
Global
Pelaku Penusukan Massal di Inggris Dituduh 10 Percobaan Pembunuhan
Pelaku Penusukan Massal di Inggris Dituduh 10 Percobaan Pembunuhan
Global
PM Jepang Minta Bertemu Kim Jong Un, Bahas Kasus Lama Puluhan Tahun Lalu
PM Jepang Minta Bertemu Kim Jong Un, Bahas Kasus Lama Puluhan Tahun Lalu
Global
Xi Jinping Bercanda soal “Mata-mata” Saat Hadiahkan Ponsel China ke Presiden Korsel
Xi Jinping Bercanda soal “Mata-mata” Saat Hadiahkan Ponsel China ke Presiden Korsel
Global
Tetangga RI Terancam Diterjang Topan Kalmaegi, Ribuan Orang Mengungsi
Tetangga RI Terancam Diterjang Topan Kalmaegi, Ribuan Orang Mengungsi
Global
Selamat dari Tragedi Air India, Ramesh: Saya Orang Paling Beruntung tapi Juga Paling Menderita
Selamat dari Tragedi Air India, Ramesh: Saya Orang Paling Beruntung tapi Juga Paling Menderita
Global
Kronologi Kejatuhan Pangeran Andrew: Dari Favorit Ratu Elizabeth hingga Teman Epstein
Kronologi Kejatuhan Pangeran Andrew: Dari Favorit Ratu Elizabeth hingga Teman Epstein
Global
China Sukses Kembangkan Helikopter Nirawak, Rampungkan Penerbangan Perdana
China Sukses Kembangkan Helikopter Nirawak, Rampungkan Penerbangan Perdana
Global
Kisah Ibu Selamatkan Putrinya dari Kelompok Penyembah Setan 764
Kisah Ibu Selamatkan Putrinya dari Kelompok Penyembah Setan 764
Global
Masih Bisa Jadi Raja, Pangeran Andrew Tetap Warisi Takhta Inggris meski Gelar Dicopot
Masih Bisa Jadi Raja, Pangeran Andrew Tetap Warisi Takhta Inggris meski Gelar Dicopot
Global
Turkiye Jajaki Dukungan Negara Muslim untuk Tentukan Masa Depan Gaza
Turkiye Jajaki Dukungan Negara Muslim untuk Tentukan Masa Depan Gaza
Global
Kenapa Afghanistan Rawan Gempa Bumi? Ini Penjelasannya
Kenapa Afghanistan Rawan Gempa Bumi? Ini Penjelasannya
Global
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Pangkat Militer Pangeran Andrew Juga Dicopot
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Pangkat Militer Pangeran Andrew Juga Dicopot
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau