Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurir Makanan Jadi Profesi Favorit WNI di Australia, tapi Perlu Hati-hati

Kompas.com - 20/09/2025, 13:32 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

MELBOURNE, KOMPAS.com - Menjadi pengantar makanan di Australia adalah satu pekerjaan yang digemari banyak mahasiswa dan pemegang Working Holiday Visa (WHV) asal Indonesia.

Salah satunya adalah Tiwi Rizqi, yang datang ke Melbourne, untuk mendampingi suaminya yang sedang kuliah S2 jurusan teaching.

Tiwi Rizqi bekerja sebagai pengantar makanan di Melbourne, Australia.DOK TIWI RIZQI via ABC INDONESIA Tiwi Rizqi bekerja sebagai pengantar makanan di Melbourne, Australia.
Perempuan asal Bogor tersebut sempat bekerja sebagai cleaner di sebuah universitas dan di pabrik coklat, sebelum memutuskan untuk banting setir menjadi kurir pengantar makanan.

Baca juga: Kisah WNI Jadi Ilmuwan AI di London, Satu-satunya Orang Indonesia yang Kembangkan Gemini

"Karena saya juga punya anak, jadi saya tidak bisa kerja yang full-time," ujar Tiwi kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.

"Kebetulan saya orangnya suka keluar, jadi kenapa enggak saya sambil main keluar tapi menghasilkan uang? Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil (pekerjaan) Uber Eats."

Uber Eats adalah platform pemesanan makanan daring yang diluncurkan oleh perusahaan Uber pada Agustus 2014.

Dengan menggunakan e-bike atau sepeda listrik, Tiwi mengaku bisa bekerja selama lima hari dalam seminggu. 

Setiap harinya, ia bisa bekerja selama empat jam.

Fleksibilitas yang ditawarkan pekerjaan ini membuatnya populer di kalangan mahasiswa asal Indonesia, menurut Tiwi.

"Banyak yang menarik Uber, ada yang pakai sepeda, ada juga yang pakai mobil," ujarnya.

Diminta tetap berhati-hati

Sebagai profesi yang bisa dilakukan siapa saja, para pengamat memperingatkan agar para pengirim makanan terus berhati-hati.

Peringatan ini dikeluarkan setelah terungkapnya sejumlah pelanggaran di jalan raya yang bisa mengancam keselamatan, menurut sebuah penelitian yang dilakukan Monash University dalam laporan yang ditugaskan oleh Victorian Automotive Chamber of Commerce (VACC).

Salah satu jenis pelanggaran yang sering ditemukan adalah memodifikasi sepeda yang bisa membahayakan pengemudinya.

Doni, kurir pengantar makanan asal Indonesia yang meminta agar identitasnya disamarkan, sempat memodifikasi sepeda listriknya demi bisa mengejar bonus.

"Dulu (saya) juga pakai e-bike yang ilegal... Alasannya karena kita butuh orderan antar cepat, apalagi kalau kita sedang ada quest," ujarnya.

"Quest ini kalau istilah di Uber Eats seperti kalau kita berhasil menyelesaikan jumlah trip yang dilakukan dalam waktu tertentu, kita bakal dapat bonus uang."

Beberapa pengantar makanan mengejar bonus yang ditawarkan perusahaan seperti Uber Eats.ABC NEWS/ABUBAKR SAJID via ABC INDONESIA Beberapa pengantar makanan mengejar bonus yang ditawarkan perusahaan seperti Uber Eats.
Dalam seminggu, Doni menargetkan penghasilan sebesar 800 dollar Australia (Rp 8 juta) sampai 900 dollar Australia (Rp 9 juta).

Mengantar makanan menjadi tambahan penghasilan bagi Doni, yang juga bekerja di sebuah restoran cepat saji di Melbourne.

Demi bisa mengejar kecepatan dan bonus, Doni menggunakan sepeda listrik ilegal yang menggunakan throttle.

"Makanya kalau pakai yang ilegal cepat aja sih, apalagi kalau di jalan raya, apalagi kalau terpaksa masuk highway (jalan raya) atau masuk underpass (jalan bawah tanah)," katanya.

Namun, menurut Associate Profesor Alexa Delbosc dari Monash University, penggunaan sepeda tersebut tidak aman.

Profesor Alexa Delbosc menemukan sejumlah pelanggaran pengguna sepeda listrik yang mengantar makanan dalam laporannya.ALEXA DELBOSC via ABC INDONESIA Profesor Alexa Delbosc menemukan sejumlah pelanggaran pengguna sepeda listrik yang mengantar makanan dalam laporannya.
"Kami menarik kesimpulan kalau pengemudi menggunakan sepeda listrik ini sudah seperti sepeda motor," katanya.

"Kendaraan menggunakan throttle yang bisa melaju... Dalam kecepatan yang relatif tinggi, ditambah bobotnya yang relatif berat, bukanlah kombinasi yang baik untuk keamanan."

Profesor Alexa mengatakan, perilaku mengendarai sepeda dengan kecepatan tinggi bisa menimbulkan risiko tabrakan dengan sepeda lain, atau kecelakaan dengan pejalan kaki.

Baca juga: 5 Negara dengan Paspor Kuat Obral Kewarganegaraan, WNI Bisa Beli

Sejumlah pelanggaran pengantar makanan

Bulan Agustus kemarin, Kepolisian Victoria di Melbourne merazia pengemudi sepeda listrik pengantar makanan yang dianggap melanggar aturan.

Kepolisian Victoria mengeluarkan 37 denda bagi pesepeda yang melaju di trotoar, ke arah yang salah di jalan raya, menggunakan telepon seluler ketika berkendara, dan tidak menaati rambu lalu lintas.

Kepolisian Victoria di Australia mengadakan razia bagi pengantar makanan.X: @VictoriaPolice via ABC INDONESIA Kepolisian Victoria di Australia mengadakan razia bagi pengantar makanan.
Pelanggaran ini juga tercatat dalam laporan Monash University dan VACC awal Agustus lalu, dalam penelitian yang memonitor 27.000 pesepeda selama tiga hari.

"Kami melacak sejumlah perilaku, seperti mengendarai sepeda listrik ini di trotoar, yang tidak sesuai aturan di Victoria," ujar Profesor Alexa.

"Bersepeda ke arah yang salah, (dan) bersepeda 25 kilometer per jam tanpa mengayuh, yang artinya mereka hanya mengandalkan baterai."

Pengantar makanan dari aplikasi online ditemukan memodifikasi sepeda listrik mereka agar bisa melaju lebih cepat.ALEXA DELBOSC via ABC INDONESIA Pengantar makanan dari aplikasi online ditemukan memodifikasi sepeda listrik mereka agar bisa melaju lebih cepat.
Profesor Alexa juga mengaku pernah melihat sepeda listrik pengantar makanan melaju di jalan tol.

"Ini menggambarkan masalah yang lebih besar tentang bagaimana sepeda listrik digunakan," katanya.

"Dan mungkin (minimnya) pemahaman pesepeda tentang aturan di jalan dan persyaratan hukumnya."

Menurutnya, perlu ada penyelidikan lebih lanjut mengenai produk sepeda listrik yang beredar di pasaran.

Sebagai pengantar makanan di Australia, Tiwi mengatakan, ia menentang pengantar makanan yang tidak mengikuti aturan jalan raya di Australia.

"Pertama itu bisa mencelakakan orang juga, maksudnya kalau mereka mengendarai sepedanya di trotoar, kan banyak orang yang jalan kaki," ujarnya.

"Apalagi kalau sepedanya dimodifikasi seperti itu, sudah kalau motor kalau cepat banget dan tidak terkontrol bisa membahayakan orang lain."

Baca juga: Sejumlah WNI Peserta WHV Tewas Kecelakaan di Australia, Muncul Seruan Ubah Aturan

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Terkini Lainnya
Kenapa Afghanistan Rawan Gempa Bumi? Ini Penjelasannya
Kenapa Afghanistan Rawan Gempa Bumi? Ini Penjelasannya
Global
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Pangkat Militer Pangeran Andrew Juga Dicopot
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Pangkat Militer Pangeran Andrew Juga Dicopot
Global
Gencatan Senjata Dilanggar, Warga Palestina Tewas dan Hamas Serahkan 3 Jenazah
Gencatan Senjata Dilanggar, Warga Palestina Tewas dan Hamas Serahkan 3 Jenazah
Global
Tuduh Rusia dan China Diam-diam Uji Coba Nuklir, Trump Pengin AS Ikutan
Tuduh Rusia dan China Diam-diam Uji Coba Nuklir, Trump Pengin AS Ikutan
Global
Ketika Andrew Bukan Lagi Pangeran, Sirna Sudah Semua Kemewahan...
Ketika Andrew Bukan Lagi Pangeran, Sirna Sudah Semua Kemewahan...
Global
36.000 Warga Sudan Mengungsi Jalan Kaki 70 Km, El Fasher Diteror Kekejaman RSF
36.000 Warga Sudan Mengungsi Jalan Kaki 70 Km, El Fasher Diteror Kekejaman RSF
Global
Sebelumnya Mustahil, Padi Bisa Tumbuh di Inggris karena Perubahan Iklim
Sebelumnya Mustahil, Padi Bisa Tumbuh di Inggris karena Perubahan Iklim
Global
Perampok Museum Louvre Ternyata Penjahat Kelas Teri, Ada Sepasang Kekasih
Perampok Museum Louvre Ternyata Penjahat Kelas Teri, Ada Sepasang Kekasih
Global
Gempa Afghanistan Tewaskan 4 Orang, Puluhan Lainnya Terluka
Gempa Afghanistan Tewaskan 4 Orang, Puluhan Lainnya Terluka
Global
Australia-Turkiye Rebutan Tuan Rumah COP31, Albanese Sampai Surati Erdogan
Australia-Turkiye Rebutan Tuan Rumah COP31, Albanese Sampai Surati Erdogan
Global
Trump Tegaskan Belum Akan Kirim Rudal Tomahawk ke Ukraina, Ini Alasannya
Trump Tegaskan Belum Akan Kirim Rudal Tomahawk ke Ukraina, Ini Alasannya
Global
Ibu Negara Perancis Stres Sering Di-bully Mirip Pria, Hidupnya Tertekan
Ibu Negara Perancis Stres Sering Di-bully Mirip Pria, Hidupnya Tertekan
Global
Apa yang Terjadi di El-Fasher Sudan, Mengapa Ada Pembantaian di Negara Kaya Emas?
Apa yang Terjadi di El-Fasher Sudan, Mengapa Ada Pembantaian di Negara Kaya Emas?
Global
Israel Abaikan Gencatan Senjata, Akan Serang Hizbullah Besar-besaran
Israel Abaikan Gencatan Senjata, Akan Serang Hizbullah Besar-besaran
Global
Diusir dari Kediaman Megah ke Pengasingan, Pangeran Andrew Juga Tak Diterima Warlok
Diusir dari Kediaman Megah ke Pengasingan, Pangeran Andrew Juga Tak Diterima Warlok
Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau