KOMPAS.com – Musisi Kunto Aji turut hadir dalam acara Panggung Seni Lawan Tirani yang digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Senin (1/9/2025).
Dalam orasinya, Kunto Aji menegaskan bahwa musisi tidak hanya bicara soal royalti, tetapi juga memiliki tanggung jawab moral untuk menyuarakan keresahan masyarakat.
Baca juga: Kunto Aji: Gustiwiw Sudah Menanamkan Benih yang Sangat Baik
“Kita disuguhi oleh pejabat yang ngomong tanpa ada konsekuensi, yang sempat konfrontasi di Australia 'makan duit haram kecil-kecilan enggak apa-apa lah'. Sangat ironis di kondisi negara yang sedang seperti ini,” ujar Kunto Aji dikutip dari kanal YouTube Dewan Kesenian Jakarta, Selasa (2/9/2025).
Kunto Aji juga menyinggung kondisi politik Indonesia yang menurutnya kian tidak jelas arah tujuannya.
Baca juga: Respons Hanung Bramantyo Saat Zaskia Adya Mecca Jadi Relawan Medis di Demo Kwitang
“Wakil rakyat yang mengayomi masyarakat, yang cerdas, dan tahu arahnya ke mana. Saya jujur enggak bisa membaca ke mana arah (Indonesia) saat ini, hanya keresahan dan keresahan,” lanjut Kunto Aji.
Kunto Aji menekankan agar keresahan sosial tidak dilampiaskan secara horizontal, melainkan melalui suara yang kritis dan terarah.
Baca juga: Cerita Zaskia Adya Mecca Turun Jadi Relawan Medis di Tengah Demo Kwitang
“Saya di sini berharap teman-teman saya lainnya menyuarakan keresahannya dan jangan takut. Kita didengar dan suara kita diperlukan. Saya juga mau menunjukkan, musisi di sini enggak cuma urusin masalah royalti,” ucap Kunto Aji.
Orasi Kunto Aji muncul di tengah ketegangan politik dan krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Gelombang protes mahasiswa dan aksi masyarakat sipil marak di berbagai kota, dipicu isu korupsi, lemahnya pengawasan legislatif, dan kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro-rakyat.
Situasi ini semakin kompleks setelah penjarahan sejumlah rumah tokoh publik, termasuk milik Uya Kuya, Eko Patrio, Nafa Urbach, dan Ahmad Sahroni, menambah gambaran ketidakpuasan dan ketidakstabilan sosial.
Banyak kalangan menilai keresahan yang diungkap Kunto Aji mencerminkan kondisi masyarakat luas yang saat ini sulit membaca arah politik Indonesia.
Selain Kunto Aji, sejumlah tokoh lintas bidang juga tampil menyuarakan pandangannya di panggung orasi.
Di antaranya Guru Besar Sastra Indonesia Universitas Indonesia, Melani Budianta, penulis buku Mengenal Orde Baru Dhianita Kusuma, sastrawan Eka Kurniawan, penggiat marsinah.id Yuli, serta penulis Ayu Utami.
Nama-nama lain yang dijadwalkan hadir antara lain Aidil Usman, Cholil Mahmud, Dea Anugrah, Dolorosa Sinaga, Gudskul, penyair Hamzah Muhammad, seniman Irwan Ahmett, musisi Jimi Multhazam, sutradara Joko Anwar, kurator Kiki Aulia Ucup, lembaga Kontras, penyanyi Reda Gaudiamo, budayawan Seno Gumira Ajidarma, hingga penulis Zen RS.
Acara ini menjadi ruang bersama bagi seniman, akademisi, musisi, dan aktivis untuk menyuarakan sikap kritis terhadap situasi politik dan sosial Indonesia yang tengah bergejolak.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini