JAKARTA, KOMPAS.com - Pementasan teater Bunga Penutup Abad hadir dengan konsep baru yang lebih segar.
Digelar di Ciputra Artpreneur, Jakarta Selatan pada 28-31 Agustus 2025, Bunga Penutup Abad mengolah adaptasi dari novel legendaris Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer.
Meski pementasan ini telah dilakukan pada 2016, 2017, dan 2018, Wawan Sofwan selaku sutradara memberikan banyak perubahan dalam penuturan ceritanya.
Baca juga: Perbedaan Teater Bunga Penutup Abad Tahun Ini
"Kami memperkuat struktur dramatik, terutama perkembangan psikologis Annelies, sehingga cerita ini tak hanya relevan untuk generasi muda, tetapi juga segar bagi mereka yang sudah pernah menonton sebelumnya," katanya.
Dari segi naskah, ceritanya tentu saja dipadatkan karena naskah aslinya dari dua buku tebal itu membutuhkan durasi yang panjang.
Namun perubahan paling mencolok hadir lewat panggung putar untuk mengganti latar sehingga membawa penonton masuk ke dalam cerita.
Baca juga: Reza Rahadian Latihan Fisik Tiap Hari untuk Teater Bunga Penutup Abad
Panggung putar ini tak ada dalam tiga pementasan Bunga Penutup Abad sebelumnya.
Pengaplikasian panggung putar ini menghadirkan nuansa dramatis sekaligus dinamis yang memberikan pengalaman menonton imersif.
Meskipun penggunaan panggung putar ini pastinya harus mengorbankan penonton di sisi kanan dan kiri panggung.
Panggung putar ini menampilkan setting ruang tamu rumah Nyai Ontosoroh, ruang lukis Jean Marais (Andrew Trigg), hingga kamar Annelies.
Baca juga: Teater Bunga Penutup Abad Kembali Dipentaskan, Rayakan 100 Tahun Pramoedya Ananta Toer
Dalam pementasan ini, pemberian judul Bunga Penutup Abad sendiri menjadi terasa lebih spesial.
Judul itu datang dari salah satu adegan ketika Jean Marais menjelaskan kepada Minke perihal lukisan wajah Annelies yang akan dipesannya.
“Mau kau berikan apa judul lukisan ini, Minke?” tanya Jean Marais.
“Bunga Penutup Abad,” jawab Minke dengan penuh pertimbangan.
Pementasan teater Bunga Penutup Abad sebagai produksi ke-88 Titimangsa ini merupakan alih wahana dari dua buku pertama Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer, yaitu Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa.
Baca juga: Reza Rahadian Sempat Ragu Main Teater Bunga Penutup Abad