Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Penyebaran Nyamuk ber-Wolbachia Terbukti Efektif Menurunkan Kasus DBD

Kompas.com - 17/09/2021, 22:20 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut demam berdarah dengue sebagai salah satu dari 10 ancaman teratas kesehatan global.

Demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini, menginfeksi sekitar 390 juta orang setiap tahunnya dan membunuh sekitar 25.000 orang.

Penyakit ini juga selalu menjadi tantangan kesehatan masyarakat di daerah tropis.

Baca juga: 9 Gejala Demam Berdarah dan Cara Mencegah Penularannya

Menyebar nyamuk ber-Wolbachia

Melihat belum adanya pendekatan yang efektif untuk menekan angka kasus demam berdarah dengue, The World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta yang dijalankan oleh Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D dan rekan-rekan, melakukan penelitian Aplikasi Wolbachia dalam Eliminasi Dengue (AWED).

Penelitian ini memakai pendekatan pengendalian arbovirus, dengan menggunakan nyamuk Aedes aegypti yang secara stabil ditrasinfeksi dengan bakteri Wolbachia.

Dengan begitu, kemampuan nyamuk akan berkurang secara signifikan untuk menularkan demam berdarah, Zika, dan chikungunya dalam percobaan laboratorium.

Pemodelan memprediksi ini akan diterjemahkan ke eliminasi lokal dengue, di sebagian besar pengaturan epidemiologi.

Penelitian ini merupakan uji coba terkontrol acak klaster dua lengan paralel, non-blinded yang dilakukan di satu tempat di Yogyakarta, Indonesia.

Tujuannya adalah untuk menentukan, apakah penyebaran nyamuk Ae.aegypti yang terinfeksi Wolbachia dalam skala besar mengarah pada pengurangan kejadian demam berdarah yang terukur di daerah yang dirawat versus yang tidak diobati.

Titik akhir primer adalah infeksi virus dengue yang bergejala dan dikonfirmasi secara virologis dengan tingkat keparahan apa pun.

Area studi seluas 26 km2 dibagi menjadi 24 cluster yang berdekatan, dialokasikan secara acak 1:1 untuk menerima penyebaran Wolbachia atau tanpa intervensi.

Baca juga: Mengapa Nyamuk Demam Berdarah Merajalela di Musim Hujan?

Melinda Gates melihat cara kerja bakteri Wolbachia lewat mikroskopMelinda Gates/ Facebook Melinda Gates melihat cara kerja bakteri Wolbachia lewat mikroskop

Melansir The Atlantic, Wolbachia menyebar sangat cepat. Jika sejumlah kecil nyamuk pembawa Wolbachia dilepaskan ke suatu lingkungan, hampir semua serangga lokal akan bebas demam berdarah dalam beberapa bulan.

Seolah-olah tim peneliti memvaksinasi beberapa individu terhadap suatu penyakit, dan segera setelahnya seluruh populasi memiliki kekebalan kelompok.

Peneliti menggunakan desain studi epidemiologi baru, uji coba desain negatif cluster-acak, di mana kasus demam berdarah dan kontrol arbovirus-negatif diambil sampelnya secara bersamaan dari antara pasien demam yang datang ke jaringan klinik perawatan primer, dengan status kasus atau kontrol diklasifikasikan secara retrospektif, berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium diagnostik.

Baca juga: Begini Reaksi Sistem Imun Tubuh Lawan Virus Demam Berdarah

Terbukti efektif menekan kasus DBD

Dari hasil penelitian, pada Agustus 2020, WMP Yogyakarta menyampaikan, bahwa wilayah yang menerima penyebaran nyamuk ber-Wolbachia mengalami penurunan angka kasus demam berdarah.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Oh Begitu
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Oh Begitu
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
Fenomena
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Oh Begitu
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Oh Begitu
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Oh Begitu
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Fenomena
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau