Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya

Kompas.com - 01/11/2025, 18:23 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Para ilmuwan mengeluarkan peringatan serius: limbah kotoran manusia yang memicu ledakan alga (algal bloom) diduga menyebabkan lumba-lumba mengalami bentuk degenerasi otak yang sama dengan penyakit Alzheimer pada manusia.

Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Communications Biology ini menemukan bahwa paparan kronis terhadap molekul beracun yang diproduksi oleh sianobakteri (alga hijau-biru) menyebabkan disorientasi pada lumba-lumba, gejala yang konsisten dengan Alzheimer.

Baca juga: Hewan dengan Pendengaran Terbaik: Dari Burung Hantu hingga Lumba-Lumba

Para peneliti menduga, seperti halnya beberapa penderita demensia pada manusia yang terkadang ditemukan berkeliaran jauh dari rumah, lumba-lumba yang menderita kondisi ini juga mungkin mengalami disorientasi, yang pada akhirnya menyebabkan terdampar ke pantai.

Toksin Alga dan Kerusakan Otak Permanen

Penelitian ini menganalisis otak dari 20 lumba-lumba hidung botol (Bottlenose dolphins) yang terdampar di Indian River Lagoon, Florida timur.

Hasilnya, otak mereka ditemukan mengandung toksin β-N-methylamino-L-alanine (BMAA).

Studi sebelumnya telah memastikan BMAA sangat beracun bagi sel-sel saraf.

Lumba-lumba memiliki tingkat kematian yang meningkat selama musim panas, yaitu saat ledakan alga berbahaya (Harmful Algal Blooms atau HABs) paling umum terjadi.

Selain BMAA, peneliti juga menemukan konsentrasi toksin alga lain, neurolarthyrogen (2,4-DAB), 900 kali lebih tinggi di otak lumba-lumba selama musim HABs dibandingkan musim non-HABs.

Toksin ini diketahui memicu gemetar dan kejang.

Banyak lumba-lumba yang terdampar memiliki anomali jaringan otak serupa dengan pasien Alzheimer, seperti plak β-amyloid dan gumpalan protein tau.

Bahkan, beberapa perubahan protein otak yang menjadi ciri khas bentuk Alzheimer yang parah juga ditemukan.

David Davis dari Miller School of Medicine menyoroti implikasi penemuan ini bagi manusia.

"Karena lumba-lumba dianggap sebagai sentinel lingkungan untuk paparan racun di lingkungan laut, ada kekhawatiran tentang masalah kesehatan manusia yang terkait dengan ledakan sianobakteri," kata David Davis, dikutip The Independent.

Baca juga: Studi: Paus Bungkuk Ternyata Suka Main-main dengan Lumba-lumba

Pemanasan Global Memperburuk Risiko

Ledakan sianobakteri semakin meningkat seiring dengan pemanasan global dan masukan nutrisi ke badan air dalam bentuk limpasan pertanian dan pembuangan limbah kotoran—semuanya adalah produk dari aktivitas manusia.

Selain itu, studi juga menemukan bahwa lumba-lumba yang terdampar menunjukkan 536 gen yang berbeda-beda aktif terkait dengan penyakit Alzheimer.

Para peneliti juga mencatat, setidaknya setengah dari lumba-lumba hidung botol yang terdampar mengalami gangguan pendengaran yang parah hingga mendalam.

Hal ini relevan karena pada manusia, gangguan pendengaran merupakan salah satu faktor risiko utama Alzheimer yang dapat mempercepat demensia.

Dr. Davis menyimpulkan, meskipun banyak jalur menuju penyakit Alzheimer, paparan sianobakteri semakin terlihat menjadi faktor risiko.

"Seiring dengan pemanasan iklim kita, ledakan alga berbahaya akan terus meningkat. Memahami dampak paparan HAB akan membantu mengidentifikasi populasi yang berisiko terhadap penyakit neurologis," tulis para peneliti, menyerukan studi lebih lanjut untuk memahami peran toksin alga dalam penyakit otak lumba-lumba.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Fenomena
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Oh Begitu
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Fenomena
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Oh Begitu
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Oh Begitu
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
Oh Begitu
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Oh Begitu
Mengapa Pria Lebih Tinggi Dibanding Wanita? Studi Jelaskan
Mengapa Pria Lebih Tinggi Dibanding Wanita? Studi Jelaskan
Oh Begitu
Studi Baru: Daging Olahan dan Minuman Manis Jadi Racun Terburuk bagi Otak
Studi Baru: Daging Olahan dan Minuman Manis Jadi Racun Terburuk bagi Otak
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau