Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?

Kompas.com - 01/11/2025, 12:14 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa anjing dengan warna bulu biru terang dilaporkan berkeliaran di sekitar zona eksklusi Chernobyl, Ukraina. Penampakan ini pertama kali diunggah oleh Clean Futures Fund (CFF) — sebuah organisasi nirlaba yang aktif di wilayah tersebut — melalui dua unggahan di Instagram: satu berisi foto, satu lagi video.

“Kami belum tahu penyebabnya dan sedang berusaha menangkap mereka untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi,” tulis Clean Futures Fund.

“Kemungkinan besar mereka terkena zat kimia tertentu.”

Tiga ekor anjing yang sebelumnya berbulu normal tiba-tiba terlihat memiliki warna biru mencolok, seolah-olah baru dicelupkan ke cat. Hal ini tentu memicu berbagai spekulasi, terutama karena wilayah tersebut dikenal dengan sejarah radiasinya.

Baca juga: Kisah Katak Chernobyl yang Jadi Hitam demi Bertahan dari Radiasi

Bukan Karena Radiasi

Namun, dugaan awal soal pengaruh radiasi nuklir langsung dibantah oleh Clean Futures Fund.

Organisasi itu menegaskan, perubahan warna bulu para anjing bukan karena paparan radiasi Chernobyl.

“Tidak, mereka tidak berubah warna karena radiasi. Kami tidak pernah mengatakan itu. Mereka hanya terkena sesuatu yang berwarna biru, dan kami sedang mencoba menangkap mereka untuk disterilkan,” jelas CFF.

Penyebab sebenarnya justru terbilang... lucu dan sedikit menjijikkan. Dalam wawancara dengan Storyful, pihak CFF menduga anjing-anjing itu berguling di cairan bocor dari toilet portabel (porta potty) yang berada di sekitar lokasi proyek. Ya, kebiasaan anjing yang suka berguling di benda atau bau aneh tampaknya menjadi sumber misteri ini.

Baca juga: Apa Dampak Radiasi pada Burung Pengicau di Chernobyl?

Sekilas Tentang Zona Eksklusi Chernobyl

Zona eksklusi Chernobyl adalah area luas di sekitar reaktor nuklir Chernobyl yang meledak pada tahun 1986, menimbulkan bencana nuklir terbesar dalam sejarah manusia. Kota Pripyat yang dulunya ramai kini ditinggalkan dan menjadi kawasan tertutup bagi manusia tanpa izin khusus pemerintah.

Ketika penduduk Pripyat dievakuasi secara mendadak, banyak hewan peliharaan ditinggalkan, termasuk anjing dan kucing. Selama hampir empat dekade, keturunan mereka — bersama berbagai satwa liar — beradaptasi dan hidup di alam liar Chernobyl, membentuk ekosistem unik tanpa campur tangan manusia.

Baca juga: Terpapar Radiasi Nuklir, Anjing Chernobyl Miliki Keunikan Genetik

Upaya Merawat “Anjing-Anjing Chernobyl”

Sejak 2017, Clean Futures Fund menjalankan proyek bernama “Dogs of Chernobyl”.

Program ini bertujuan memberi makan, memantau kesehatan, serta mensterilkan anjing dan kucing liar di area tersebut agar populasi tetap terkendali.

Tiga anjing biru itu pertama kali terlihat pada awal Oktober 2025 saat tim CFF melakukan kegiatan rutin mereka. Hingga kini, tim masih berusaha menangkap hewan-hewan itu untuk diperiksa lebih lanjut dan disterilkan.

Meski terdengar seperti kisah fiksi ilmiah, fenomena anjing biru di Chernobyl tidak ada hubungannya dengan radiasi. Perubahan warna bulu mereka hanyalah akibat paparan zat kimia biasa, kemungkinan besar dari limbah portabel.

Namun, kejadian ini tetap menarik perhatian publik karena mengingatkan kita bahwa Chernobyl masih menyimpan banyak misteri — bukan hanya soal radiasi, tetapi juga bagaimana kehidupan terus bertahan di tengah tempat yang pernah menjadi simbol kehancuran.

Baca juga: Adaptasi Hewan, Serigala di Chernobyl Punya Kemampuan Anti-kanker

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Fenomena
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Oh Begitu
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Fenomena
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Oh Begitu
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Oh Begitu
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
Oh Begitu
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Oh Begitu
Mengapa Pria Lebih Tinggi Dibanding Wanita? Studi Jelaskan
Mengapa Pria Lebih Tinggi Dibanding Wanita? Studi Jelaskan
Oh Begitu
Studi Baru: Daging Olahan dan Minuman Manis Jadi Racun Terburuk bagi Otak
Studi Baru: Daging Olahan dan Minuman Manis Jadi Racun Terburuk bagi Otak
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau