Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harimau Emas, Si Cantik Langka yang Jadi Tanda Bahaya bagi Spesiesnya

Kompas.com - 31/10/2025, 19:14 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Pada tahun 2024, fotografer satwa liar Gaurav Ramnarayanan mengalami momen yang sangat langka di Taman Nasional Kaziranga, India. Di tengah rimbunnya hutan, ia melihat seekor harimau berwarna pirang keemasan dengan semburat putih—berbeda dari harimau biasa yang berloreng oranye dan hitam. Itulah harimau emas (golden tiger), salah satu kucing besar paling langka di dunia.

Diperkirakan hanya ada sekitar 30 ekor harimau emas di penangkaran di seluruh dunia, dan hanya empat ekor yang hidup di alam liar, semuanya ditemukan di Kaziranga. Keindahan bulunya memang memukau, namun di balik itu tersimpan kabar buruk bagi masa depan populasi harimau liar.

Baca juga: Kisah Harimau di India yang Mengubah Lorengnya

Apa Itu Harimau Emas?

Harimau emas bukanlah spesies baru, melainkan harimau Bengal (Panthera tigris tigris) yang mengalami mutasi genetik langka. Warna keemasan pada bulunya muncul akibat gen resesif, yaitu gen yang hanya tampak jika diturunkan dari kedua induk yang sama-sama membawanya.

Menurut Uma Ramakrishnan, profesor ekologi dari National Center for Biological Sciences India, mutasi ini ibarat “kesalahan ejaan dalam DNA” yang memengaruhi gen ‘wideband’. Gen tersebut mengatur produksi pigmen pheomelanin yang menentukan warna bulu. Akibatnya, beberapa harimau bisa memiliki warna putih polos (snow white), namun harimau emas jauh lebih langka dibanding varian itu.

Baca juga: Mengapa Harimau Berwarna Oranye?

Kemunculan Harimau Emas di Alam Liar

Meskipun sangat jarang, beberapa harimau emas sempat tertangkap kamera di Kaziranga. Salah satu yang paling terkenal difoto oleh Sudhir Shivaram, juri kompetisi Wildlife Photographer of the Year 2026. Foto tersebut kemudian dibagikan oleh London Natural History Museum.

“Di sinilah kita melihat salah satu kucing besar paling langka di Bumi — Harimau Emas,” kata Shivaram.

“Saya memotretnya saat ia berjalan diam-diam di bawah semak hutan Kaziranga, bulunya berkilau di antara hijau pepohonan. Momen ini bukan hanya tentang kelangkaan, tetapi tentang keajaiban alam yang terus mengejutkan kita.”

Shivaram menambahkan bahwa harimau emas melambangkan rapuhnya kehidupan liar: makhluk yang megah namun sangat bergantung pada habitat terlindungi seperti Kaziranga untuk bertahan hidup.

Baca juga: Lama Tidak Terlihat, Seperti Apakah Harimau Jawa?

Harimau Emas di Penangkaran: Daya Tarik yang Menyesatkan

Berbeda dengan di alam liar, harimau emas justru lebih sering ditemukan di penangkaran. Sayangnya, hal ini bukan kabar baik. Dalam penelitian tahun 2024, tim Ramakrishnan menjelaskan bahwa banyak program penangkaran sengaja mengembangbiakkan harimau dengan warna langka, termasuk putih dan emas, demi nilai ekonomi tinggi dan daya tarik wisata.

“Program pembiakan harimau yang menekankan penampilan unik seperti putih atau emas sering kali didorong oleh motif ekonomi,” tulis mereka.

“Namun karena warna tersebut berasal dari gen resesif, sifat itu biasanya muncul akibat perkawinan sedarah (inbreeding).”

Faktanya, Asosiasi Kebun Binatang dan Akuarium (AZA) pernah menghentikan program pembiakan harimau putih Bengal, karena terbukti berisiko menurunkan kualitas genetik dan tidak mendukung konservasi.

Baca juga: Mencari Harimau Jawa, Antara Ada dan Tiada

Ancaman Bagi Keanekaragaman Genetik

Munculnya harimau emas di alam liar Kaziranga kini memicu kekhawatiran ilmuwan. Fenomena ini diduga menunjukkan penurunan keragaman genetik akibat inbreeding—masalah yang juga terjadi di Cagar Harimau Similipal, di mana banyak harimau memiliki corak hitam tebal (pseudomelanistik).

Menurut Ramakrishnan dalam wawancara, kemunculan harimau emas di Kaziranga sejak 2014 bisa berarti dua hal: Gen langka itu makin umum karena pergeseran genetik alami (genetic drift), atau inbreeding meningkat, membuat gen tersebut lebih sering muncul.

Kedua kemungkinan ini mengkhawatirkan. Fragmentasi habitat, perburuan, dan degradasi lingkungan dapat semakin memperburuk situasi, mengancam keberlangsungan harimau Bengal liar di India.

Baca juga: Hari Harimau Sedunia 2025: Hidup Berdampingan Itu Mungkin

Keberadaan harimau emas memang memesona dan sering dijadikan simbol keindahan alam. Namun bagi para ahli, kemunculannya justru alarm bahaya bagi populasi harimau liar. Tanpa upaya menjaga konektivitas habitat dan keragaman genetik, harimau-harimau megah ini bisa kehilangan kemampuan beradaptasi dan bertahan hidup di masa depan.

Sebagaimana kata Shivaram, “Harimau Emas adalah simbol dari keindahan sekaligus kerapuhan alam liar. Langka, menakjubkan, namun sangat rentan.”

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Fenomena
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Oh Begitu
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Fenomena
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Oh Begitu
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Oh Begitu
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
Oh Begitu
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau