Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koin Emas "Rainbow Cup" Berusia 2.200 Tahun Ditemukan di Jerman, Beratnya 2 Gram

Kompas.com - 31/10/2025, 15:23 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Sebuah penemuan di Sachsen, Jerman, belum lama ini mengguncang dunia arkeologi.

Seorang pendeteksi logam menemukan koin emas langka berusia 2.200 tahun yang dikenal sebagai "Cawan Pelangi" (rainbow cup).

Temuan koin emas langka ini pun menjadikannya koin tertua yang pernah ditemukan di negara bagian Sachsen.

Baca juga: Teleskop James Webb Tangkap “Nebula Laba-laba Merah” dengan Kaki Sepanjang 3 Tahun Cahaya

Penemuan ini menjadi teka-teki, sebab Sachsen dianggap berada di luar area permukiman suku Celtic kuno, suku warrior yang tinggal di daratan Eropa dan dikenal pernah menyerang Roma.

Hanya dua koin Celtic yang pernah ditemukan sebelumnya di wilayah tersebut.

Koin yang baru ini dinamakan Gundorf Rainbow Cup, merujuk pada lokasi penemuannya di pinggiran kota Leipzig.

Koin Bukan Sekadar Alat Tukar, Tapi Simbol Status

Barbara Klepsch, Menteri Negara bagian Sachsen, menegaskan nilai sejarah temuan ini.

"Koin emas adalah bagian nyata dari sejarah kita dan memberikan wawasan baru tentang perdagangan dengan suku Celtic," ujar Klepsch dalam pernyataan tertanggal 27 Oktober dikutip Live Science.

Koin Celtic rainbow cups ini dinamakan dari istilah Jerman regenbogenschüsselchen, yang berarti "mangkuk jari pelangi kecil."

Nama tersebut diberikan karena bentuknya yang melengkung dan karena takhayul kuno bahwa harta karun dapat ditemukan di tempat pelangi menyentuh tanah.

Koin emas seberat 2 gram (sekitar berat koin dime AS) ini memiliki detail yang menarik:

  • Sisi Depan: Menggambarkan kepala rusa jantan (stag) yang distilasi atau binatang sejenis.
  • Sisi Belakang: Menampilkan cincin leher terbuka dengan ujung yang menebal (kemungkinan torc Celtic), bintang bersudut bulat, dan sebuah bola.

Arkeolog negara bagian Sachsen, Regina Smolnik, menyatakan koin tersebut berada dalam kondisi "almost mint condition" atau nyaris sempurna, mengindikasikan koin tersebut tidak banyak beredar sebagai mata uang.

"Sebaliknya, itu kemungkinan adalah simbol status atau penyimpan nilai milik orang kelas atas dengan hubungan dagang dengan suku Celtic," kata Smolnik.

Baca juga: Gali Halaman Rumah, Warga Swedia Temukan Harta Karun 20.000 Koin Perak Abad ke-12

Jejak Perdagangan Hebat Pra-Invasi Romawi

Meskipun penemuan koin di Gundorf hanya berupa satu keping, hal ini menambah bukti pola perdagangan yang luas antara suku Celtic dan masyarakat berbahasa Jerman sebelum invasi Romawi.

Penemuan serupa telah terjadi di beberapa tempat di Jerman:

  • Brandenburg (2021): Para arkeolog menemukan timbunan 41 keping rainbow cups polos. Koin-koin ini juga diasumsikan diperoleh melalui perdagangan, karena suku Celtic tidak tinggal di Brandenburg.
  • Bavaria (2023): Ditemukan satu keping rainbow cup dengan dekorasi bintang empat sudut langka di bagian dalamnya, diduga hilang oleh seseorang yang bepergian di sepanjang jalur kuno.

Menurut Smolnik, penemuan Gundorf Rainbow Cup di Sachsen, bersama dengan temuan lain di Jerman, telah memberikan "further evidence of regular contact and connections" antara suku Celtic dan orang-orang yang tinggal di Sachsen lebih dari dua milenium yang lalu.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Fenomena
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Oh Begitu
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Fenomena
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Oh Begitu
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Oh Begitu
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
Oh Begitu
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Oh Begitu
Mengapa Pria Lebih Tinggi Dibanding Wanita? Studi Jelaskan
Mengapa Pria Lebih Tinggi Dibanding Wanita? Studi Jelaskan
Oh Begitu
Studi Baru: Daging Olahan dan Minuman Manis Jadi Racun Terburuk bagi Otak
Studi Baru: Daging Olahan dan Minuman Manis Jadi Racun Terburuk bagi Otak
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau