Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan BMKG: Gelombang Tinggi 4 Meter Ancam Samudra Hindia hingga 3 November

Kompas.com - 31/10/2025, 08:47 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi gelombang tinggi yang diperkirakan terjadi di sejumlah wilayah perairan Indonesia. Fenomena ini berpotensi berlangsung selama empat hari, mulai tanggal 31 Oktober hingga 3 November 2025.

Masyarakat yang beraktivitas di pesisir dan pelayaran diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan mengingat adanya risiko keselamatan yang menyertai kondisi tersebut.

Baca juga: Gelombang Tinggi hingga 4 Meter Ancam Perairan Selatan Jawa-NTB 28-31 Oktober 2025

Pola Angin Pemicu Gelombang Tinggi

"Pola angin menjadi faktor utama pemicu peningkatan tinggi gelombang," tulis BMKG dalam keterangannya, Jumat.

Berdasarkan pengamatan BMKG, terdapat perbedaan arah angin signifikan antara wilayah utara dan selatan Indonesia:

  • Indonesia Bagian Utara: Angin umumnya bergerak dari Barat Daya hingga Barat Laut dengan kecepatan berkisar 4 hingga 25 knot.
  • Indonesia Bagian Selatan: Angin umumnya bergerak dari Timur hingga Tenggara dengan kecepatan berkisar 4 hingga 20 knot.

BMKG mencatat bahwa kecepatan angin tertinggi terpantau di Samudra Pasifik utara Maluku dan Laut Sulawesi bagian timur. Kondisi angin kencang inilah yang mendorong peningkatan tinggi gelombang.

Rincian Wilayah dan Ketinggian Gelombang

Potensi gelombang tinggi terbagi dalam dua kategori utama berdasarkan ketinggiannya:

1. Gelombang Tinggi (1,25 - 2,5 Meter)

Gelombang setinggi ini berpeluang terjadi di beberapa perairan strategis, termasuk Selat Malaka bagian utara, Laut Maluku, Laut Seram, Laut Arafuru bagian barat, Selat Makasar bagian tengah dan selatan, serta Laut Natuna utara.

Selain itu, gelombang 1,25 hingga 2,5 meter juga berpotensi terjadi di seluruh pesisir Samudra Hindia bagian barat Sumatera, mulai dari Aceh, Nias, Mentawai, Bengkulu, hingga Samudra Hindia selatan NTT.

2. Gelombang Sangat Tinggi (2,5 - 4,0 Meter)

Kondisi yang memerlukan kewaspadaan ekstra adalah potensi gelombang sangat tinggi di kisaran 2,5 hingga 4,0 meter. Wilayah yang berpeluang mengalami gelombang ini meliputi:

  • Samudra Hindia barat Lampung.
  • Samudra Hindia selatan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.
  • Samudra Hindia selatan Bali dan NTB.
  • Samudra Pasifik utara Papua.

Imbauan Waspada bagi Seluruh Moda Transportasi Laut

Potensi gelombang tinggi di beberapa wilayah tersebut membawa risiko signifikan terhadap keselamatan pelayaran. Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, khususnya bagi para nelayan dan operator kapal.

BMKG juga memberikan batas aman berlayar untuk setiap moda transportasi laut, berdasarkan keterangan resmi yang dikeluarkan BMKG:

"BMKG selalu mengimbau masyarakat untuk selalu waspada, terutama bagi nelayan yang beraktivitas dengan moda transportasi seperti Perahu Nelayan (kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1.25 m), Kapal Tongkang (kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1.5 m), Kapal Ferry (kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2.5 m), dan Kapal Ukuran Besar seperti Kapal Kargo/Kapal Pesiar (kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4.0 m)."

Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi juga diminta agar tetap selalu waspada.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Fenomena
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Oh Begitu
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Fenomena
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Oh Begitu
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Oh Begitu
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
Oh Begitu
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau