Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Harimau di India yang Mengubah Lorengnya

Kompas.com - 16/09/2025, 12:57 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Butuh waktu 50 hari sebelum Prasenjeet Yadav bersama Raghu Purti—petugas kehutanan setempat—menelusuri jalan kerikil di Cagar Harimau Similipal, Odisha, India menemukan apa yang mereka cari.

Keduanya menyusuri jejak seekor harimau legendaris bernama T12, jantan tertua di kawasan itu, yang menjadi simbol penting populasi harimau di persimpangan jalan antara harapan dan ancaman.

Raghu sendiri belum pernah melihat T12 secara langsung. Rekan-rekannya hanya mengenalnya lewat foto kamera jebak. Melihat langsung harimau seperti T12 sangat penting bagi petugas: mereka bisa memeriksa kondisi fisik hewan dan memastikan tidak ada penyakit yang tak terlihat kamera.

Hari ke-50 menjelang sore, pencarian itu berbuah hasil. Seekor bayangan hitam melintas di depan mobil mereka. Prasenjeet menghentikan mobil dengan cepat. Di depan mereka, seekor harimau besar berdiri tegap, menatap tajam.

“Itu hitam,” bisik Raghu, hampir tak percaya. “Itu benar-benar hitam!”

T12 memiliki bulu unik: loreng hitamnya begitu lebar hingga hampir menutupi warna jingga tubuhnya. Corak ini dikenal sebagai pseudo-melanisme, mutasi genetik langka yang membuat setengah dari sekitar 30 harimau Similipal tampak lebih gelap daripada harimau biasanya.

Baca juga: Mengapa Harimau Berwarna Oranye?

Similipal: Pulau Harimau yang Terisolasi

Cagar Harimau Similipal membentang lebih dari 2.700 km persegi. Secara teori, harimau bisa berjalan ratusan kilometer untuk mencari pasangan di cagar lain. Tapi kenyataannya, Similipal terputus dari tetangganya.

Cagar Satkosia di barat daya kini tak memiliki harimau sama sekali. Sementara Sundarban di timur dipisahkan oleh hamparan sawah, kota Kolkata, dan desa-desa padat penduduk. Bagi harimau, tidak ada “jalan keluar” yang aman.

Ketika NTCA (National Tiger Conservation Authority) melakukan survei pada 2006, jumlah harimau liar di seluruh India hanya sekitar 1.400 ekor, turun drastis dari 40.000 ekor seabad sebelumnya.

Di Similipal, populasi harimau anjlok hingga empat ekor pada 2014—hanya satu jantan tersisa. Dialah ayah T12, yang lahir pada 2015. Berkatnya, kini Similipal perlahan pulih. Namun semakin banyak anak harimau yang lahir, semakin sering pula loreng hitam pseudo-melanisme terlihat. Para ahli melihat ini sebagai gejala bahaya inbreeding.

Baca juga: Hari Harimau Sedunia 2025: Hidup Berdampingan Itu Mungkin

Membangun Peta Genetik Harimau

Untuk memutus lingkaran ini, NTCA menggandeng Dr. Uma Ramakrishnan, seorang ahli ekologi molekuler. Sejak 2005, ia mengumpulkan DNA harimau dari berbagai sumber—dari kulit harimau yang diawetkan di rumah bangsawan seperti keluarga Sisodia di Akaltara, hingga koleksi museum di London, serta sampel kotoran, rambut, dan darah dari harimau liar.

Saat memotong sepotong kecil kulit harimau berusia 80 tahun dengan skalpel, Ramakrishnan berkata:“Ini adalah harta karun sesungguhnya.”

Dengan data historis ini, ia bisa melihat bagaimana keragaman genetik harimau berubah dari masa ke masa. Ketika pada 2017 NTCA memintanya meneliti Similipal, ia segera menemukan penyebabnya: gen pseudo-melanisme yang bersifat resesif telah menyebar luas karena isolasi genetik.

Ini, katanya, adalah “bom waktu” yang jika dibiarkan dapat memunculkan penyakit serius seperti kebutaan, gangguan ginjal, bahkan masalah hormon—seperti yang ditemukan pada kucing domestik.

Baca juga: Lama Tidak Terlihat, Seperti Apakah Harimau Jawa?

Solusi: Translokasi Harimau Betina

Ramakrishnan menyarankan untuk mendatangkan harimau betina dari cagar lain agar kawin silang terjadi. Hasil analisisnya menunjukkan kandidat terbaik ada di Tadoba-Andhari Tiger Reserve di Maharashtra, yang memiliki sekitar 95 ekor harimau dan masih terhubung dengan cagar lain sehingga keragaman gennya lebih baik.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Oh Begitu
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Oh Begitu
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
Fenomena
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Oh Begitu
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Oh Begitu
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Oh Begitu
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Fenomena
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau