KOMPAS.com - Dasar laut bukan tempat yang ramah. Tidak ada cahaya, suhunya sangat dingin, dan tekanan semua air di atas akan menghancurkan siapa pun.
Namun ada hewan yang hidup di kedalaman tersebut dan mereka telah mengembangkan adaptasi biofisik yang memungkinkan mereka bertahan hidup dalam kondisi yang keras itu.
Baca juga: Regenerasi Tak Terbatas, Ubur-ubur Bisa Tumbuhkan Lagi Tentakelnya
Tapi bagaimana mereka bisa melakukan adaptasi itu?
Mengutip Phys, Jumat (28/6/2024) peneliti kemudian mempelajari membran sel ctenophores atau ubur-ubur sisir untuk mengetahui jawabannya.
Meskipun ubur-ubur sisir terlihat seperti ubur-ubur, mereka tidak berkerabat dekat.
Ubur-ubur sisir adalah predator yang dapat tumbuh sebesar bola voli dan hidup di lautan di seluruh dunia pada berbagai kedalaman, mulai dari permukaan hingga laut dalam.
Membran sel organisme kompleks sendiri memiliki lapisan tipis lipid dan protein yang perlu mempertahankan sifat tertentu agar sel dapat berfungsi dengan baik.
Meski telah diketahui selama beberapa dekade bahwa ada organisme lipidnya telah beradaptasi untuk mempertahankan fluiditas dalam suhu yang sangat dingin, tidak diketahui bagaimana organisme yang hidup di laut dalam beradaptasi terhadap tekanan ekstrem.
Nah, untuk mengetahui bagaimana makhluk hidup di laut seperti ubur-ubur sisir beradaptasi terhadap suhu dingin dan tekanan, peneliti pun menganalisis ctenophores yang dikumpulkan dari seluruh belahan bumi utara, termasuk yang hidup di dasar laut California dan permukaan laut Samudra Arktik.
Peneliti menemukan mereka memiliki struktur lipid unik yang memungkinkan mereka hidup di bawah tekanan yang kuat.
Baca juga: Ubur-Ubur Dapat Prediksi Bahaya Penambangan Laut
"Ternyata ctenophores telah mengembangkan struktur lipid yang unik untuk mengimbangi tekanan kuat. Namun struktur lipid tersebut terpisah dari struktur yang mengimbangi suhu dingin yang hebat," ungkap Itay Budin, peneliti studi dari University of California San Diego.
Para peneliti menyebut adaptasi ini sebagai “homeocurvature” karena bentuk lipid yang membentuk kurva telah beradaptasi dengan habitat unik ctenophores.
Lebih lanjut, peneliti tertarik untuk mempelajari ctenophores karena metabolisme lipidnya mirip dengan manusia sehingga di kemudian hari mungkin dapat membantu studi yang terkait dengan kesehatan manusia.
Temuan ini mereka publikasikan di Science.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang