Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/01/2025, 06:06 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Mamalia laut seperti lumba-lumba, paus, dan anjing laut memiliki tantangan unik saat harus tidur di bawah air. Karena mereka bernapas dengan menghirup udara, mereka tidak bisa sepenuhnya lelap tanpa risiko kehabisan napas atau menjadi mangsa predator. Jadi, bagaimana caranya bisa beristirahat tanpa membahayakan diri mereka?

Salah satu cara mamalia laut mengatasi tantangan ini adalah dengan tidur menggunakan separuh otak. Teknik ini disebut unihemispheric sleep, di mana satu sisi otak beristirahat sementara sisi lainnya tetap aktif. Hal ini memungkinkan mereka tetap sadar terhadap lingkungan sekitar dan naik ke permukaan untuk bernapas.

"Lumba-lumba, misalnya, bisa tidur dengan satu mata terbuka, sehingga mereka tetap bisa memperhatikan anggota kelompoknya dan ancaman di sekitar," ujar Patrick Miller, ahli biologi dari University of St Andrews, Inggris. Teknik ini juga ditemukan pada paus, lumba-lumba, dan beberapa spesies burung.

Pada burung, teknik ini sering digunakan untuk berjaga dari predator saat terbang atau beristirahat dalam kelompok. Namun, lumba-lumba justru menggunakan mata yang terbuka untuk menjaga kontak dengan kelompoknya, bukan untuk melihat ancaman dari luar.

Baca juga: Mamalia Laut Tidur dengan Mematikan Separuh Otak, Mengapa Demikian?

Paus spermawikimedia.org Paus sperma

Tidak semua mamalia laut menggunakan unihemispheric sleep. Beberapa spesies, seperti paus sperma, menggunakan bihemispheric sleep, di mana kedua belahan otaknya tidur seperti manusia. Paus ini tidur dalam posisi tubuh melayang vertikal di bawah permukaan air, dengan kepala menghadap ke atas.

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa paus sperma tidur dalam periode singkat, sekitar 20 menit setiap kali, sebelum kembali ke permukaan untuk bernapas. Aktivitas ini bisa berlangsung hingga 3,5 jam.

Sedangkan gajah laut utara (Mirounga angustirostris) memiliki cara tidur yang unik. Penelitian pada tahun 2023 yang dipimpin oleh Jessica Kendall-Bar menemukan bahwa gajah laut ini menyelam hingga kedalaman 300 meter untuk tidur. Saat memasuki fase tidur dalam atau REM (rapid eye movement), mereka akan berputar perlahan dengan posisi tubuh terbalik.

"Selama fase REM, gajah laut menjadi lumpuh seperti manusia, dan selalu dalam posisi terbalik," ujar Kendall-Bar.

Namun, karena risiko predator, gajah laut membatasi waktu tidur mereka di laut hanya sekitar dua jam per hari, menjadikannya salah satu mamalia dengan waktu tidur paling singkat, bersaing dengan gajah Afrika.

Adaptasi ini tidak hanya menunjukkan keajaiban evolusi, tetapi juga menggambarkan bagaimana makhluk hidup beradaptasi dengan kondisi ekstrem untuk bertahan hidup.

Baca juga: Apakah Mamalia Laut yang Bisa Menyelam Paling Dalam?

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Oh Begitu
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Oh Begitu
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
Fenomena
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Oh Begitu
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Oh Begitu
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Oh Begitu
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Fenomena
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau