Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deinosuchus: Buaya Purba Raksasa yang Mengalahkan Dinosaurus

Kompas.com - 26/04/2025, 07:10 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Sekitar 75 juta tahun lalu, predator paling besar dan menakutkan di Amerika Utara ternyata bukanlah dinosaurus, melainkan seekor buaya purba bernama Deinosuchus. Nama ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti "buaya yang mengerikan". Panjang tubuh Deinosuchus bisa mencapai lebih dari 10 meter dengan berat lebih dari lima ton. Bukti berupa bekas gigitan pada tulang fosil menunjukkan bahwa reptil raksasa ini memangsa dinosaurus.

Namun, bagaimana Deinosuchus bisa tumbuh sebesar itu dan menjadi predator utama di pesisir Amerika Utara masih menjadi misteri hingga kini. Sebuah studi baru yang dipublikasikan di Communications Biology berusaha memecahkan teka-teki ini dengan mengkaji ulang posisi Deinosuchus dalam pohon keluarga buaya.

Baca juga: Mengapa Tidak Ikut Punah? Ini Rahasia Buaya Bertahan sejak Zaman Dinosaurus

Tempat Baru dalam Pohon Keluarga Buaya

Sejak gigi fosil Deinosuchus pertama kali ditemukan di Carolina Utara pada tahun 1858, para paleontolog telah menemukan lebih banyak bagian tubuhnya di Meksiko, Utah, Texas, Montana, Carolina Selatan, New Jersey, dan tempat lain di sepanjang bekas garis pantai prasejarah. Di rawa dan paya Amerika Utara zaman Kapur, Deinosuchus menjadi pemburu penyergap, menunggu mangsa yang lengah.

Awalnya, para ilmuwan mengelompokkan Deinosuchus sebagai bagian dari alligatoroid, kelompok yang juga mencakup buaya Amerika dan buaya Cina masa kini. Bentuk moncongnya yang lebar dan membulat memperkuat asumsi ini.

Namun, hasil analisis terbaru mengubah pandangan tersebut. Studi tersebut menunjukkan bahwa Deinosuchus justru berasal dari garis keturunan purba yang terpisah sebelum nenek moyang buaya dan aligator modern. "Kami terkejut mengetahui bahwa Deinosuchus bukanlah 'aligator besar'," ujar  Márton Rabi, ahli paleontologi dari Universitas Tübingen, Jerman.

Penampilan Deinosuchus yang menyerupai aligator, menurut penelitian ini, lebih disebabkan oleh konvergensi evolusioner, bukan kekerabatan dekat.

Baca juga: Ahli Sebut Kecerdasan T. rex Setara dengan Buaya Besar

Kehidupan di Habitat Air Asin?

Penempatan baru ini juga membuka kemungkinan bahwa Deinosuchus mampu bertahan di habitat air asin, seperti muara dan pantai laut, mirip dengan buaya air asin masa kini. Ini bisa menjelaskan bagaimana Deinosuchus menyebar dari Meksiko hingga New Jersey.

Namun, tidak semua ilmuwan sepakat. Adam Cossette, paleontolog dari New York Institute of Technology, meragukan metode rekonstruksi pohon keluarga tersebut dan menyatakan bahwa fosil Deinosuchus di Texas dan Utah ditemukan di lingkungan air tawar, jauh dari pantai.

"Kelimpahan fosil Deinosuchus di deposit pesisir lebih merefleksikan kondisi pelestarian fosil, bukan habitat hidup mereka," tambah Max Stockdale, paleontolog dari University of Bristol.

Baca juga: Bagaimana Evolusi pada Buaya Terjadi?

Rahasia Pertumbuhan Raksasa

Walau masih ada perdebatan tentang habitatnya, tak ada yang meragukan bahwa Deinosuchus adalah makhluk yang luar biasa besar. Bahkan dibandingkan dengan dinosaurus pemangsa seperti Tyrannosaurus, Deinosuchus bisa lebih panjang dan lebih berat.

Kunci keberhasilan pertumbuhan raksasa ini, menurut Rabi, ada dua: laju pertumbuhan yang cepat di awal kehidupan dan pasokan makanan yang konsisten. Pada masa itu, tingginya permukaan laut dan iklim yang hangat menciptakan rawa-rawa produktif di sepanjang pesisir, menyediakan sumber makanan melimpah.

"Produktivitas tinggi di lahan basah, termasuk banyaknya spesies mangsa, sangat penting bagi evolusi Deinosuchus," kata Rabi. Fenomena serupa juga ditemukan pada buaya purba raksasa lainnya seperti Sarcosuchus di Afrika dan Amerika Selatan serta Purussaurus di Amerika Selatan.

Namun, faktor makanan saja tidak cukup. Stabilitas lingkungan dalam jangka panjang juga berperan penting. "Gigantisme yang kita lihat pada Deinosuchus mencerminkan stabilitas lingkungan," ujar Stockdale. Sebagai reptil berdarah dingin, Deinosuchus bergantung pada suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya.

Lingkungan seperti itu telah muncul berulang kali sepanjang sejarah Bumi, memungkinkan kemunculan makhluk-makhluk raksasa seperti Deinosuchus. Siapa tahu, di masa depan, kondisi serupa bisa menciptakan kembali para raksasa ini.

Baca juga: Seperti Apa Buaya Terbesar di Dunia yang Hidup di Penangkaran?

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Ilmuwan Temukan Spesies Baru Laba-Laba Seram yang Bersembunyi di California
Oh Begitu
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Bukan Hiu Putih, Studi Stanford Ungkap Spesies Hiu yang Rentan Punah Akibat Manusia
Oh Begitu
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
10 Fenomena Langit November 2025: Dari Hujan Meteor hingga Supermoon
Fenomena
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Krayon Oker Berusia 42.000 Tahun Ditemukan di Ukraina, Bukti Neanderthal Berjiwa Seni
Oh Begitu
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Chupacabra, Monster Mitos yang Tercipta Karena Evolusi dan Penyakit
Oh Begitu
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Wahana Juice yang Menuju Jupiter Ambil Risiko Pengamatan Komet 3I/ATLAS
Oh Begitu
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Ada Supermoon 5 November, BMKG: Waspada Banjir Rob di Pesisir Indonesia
Fenomena
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau