KOMPAS.com - Sejak ribuan tahun lalu, sosok siren telah menghantui laut dan pesisir dalam imajinasi manusia. Meski kini dikenal sebagai putri duyung cantik dengan suara memikat, asal-usul siren jauh lebih gelap dan kompleks. Mereka pertama kali muncul dalam epik Yunani kuno sebagai makhluk bersayap yang memikat manusia bukan hanya dengan kecantikan, tetapi dengan janji akan pengetahuan dan keabadian.
Dalam The Odyssey, karya Homer yang ditulis sekitar abad ke-8 SM, sang pahlawan Odysseus menghadapi banyak rintangan dalam perjalanan pulangnya dari Perang Troya. Salah satu tantangan paling terkenal adalah siren—makhluk yang digambarkan memiliki suara memesona dan mematikan. Penyihir Circe memperingatkannya: siapa pun yang mendengar nyanyian mereka akan terlena dan tak akan pernah kembali ke rumah.
Untuk mengatasi hal ini, Odysseus menyumbat telinga anak buahnya dengan lilin dan meminta dirinya diikat ke tiang kapal agar bisa mendengarkan nyanyian mereka tanpa terjun ke laut. Mereka tidak menggoda dengan rayuan seksual, tetapi dengan kisah heroik dan pengetahuan yang menggoda akal manusia.
Baca juga: Mitologi dan Fakta soal Duyung: dari Siren, Columbus, hingga Manatee
Menurut Marie-Claire Beaulieu, profesor studi klasik di Tufts University, siren dalam mitologi Yunani tidak berekor ikan, tetapi berbadan burung dengan wajah perempuan. Mereka bukan makhluk laut semata, tetapi simbol batas antara kehidupan dan kematian. Hubungan mereka dengan laut (simbol ketakutan) dan udara (sayap) memperkuat peran mereka sebagai makhluk liminal—pengantar jiwa dari dunia ke dunia lain.
Siren bahkan muncul dalam seni pemakaman Yunani, seperti pada stele (batu nisan) yang menggambarkan sosok mereka berada di samping jenazah. Dalam beberapa kisah, mereka disebut sebagai anak perempuan dari dewa sungai Achelous dan muse Terpsichore—mewakili daya tarik yang mematikan dan musikalitas yang memesona.
Baca juga: Apakah Putri Duyung Nyata atau Sekadar Legenda?
Vas atau bejana berbentuk siren dari tahun 540 SMPerubahan bentuk siren mulai terlihat pada Abad Pertengahan. Dalam Natural History karya Pliny the Elder sekitar tahun 77 M, siren masih digambarkan sebagai burung ajaib yang membunuh pria setelah membuat mereka tertidur. Namun seiring waktu, gambaran fisik sirene bertransformasi. Antara abad ke-12 hingga 14, mereka mulai digambarkan memiliki ekor ikan—pengaruh kuat dari tradisi Keltik dan tokoh laut seperti Triton.
Tradisi Kristen juga turut membentuk makna simbolis siren. Jika dalam mitologi Yunani sirene menggoda dengan pengetahuan dan kejayaan, dalam pandangan Kristen Abad Pertengahan, mereka menjadi simbol godaan seksual dan dosa. Dalam Divine Comedy karya Dante, siren muncul sebagai perwujudan godaan duniawi yang cantik di luar, tetapi busuk dan menyesatkan di dalam.
Pada abad ke-19, pelukis seperti John William Waterhouse mengabadikan sosok sirene sebagai wanita memesona, berambut panjang dan tubuh setengah ikan, yang memikat dan menghancurkan para pelaut. Citra ini terus berlanjut ke budaya pop masa kini.
Dalam budaya visual modern, siren tidak hanya hadir sebagai makhluk laut, tetapi juga sebagai simbol gaya dan estetika. Istilah sirencore muncul sebagai gaya busana dengan nuansa laut, feminin, dan misterius.
Baca juga: Legenda Putri Duyung Terinspirasi dari Penyakit Langka
Lukisan Ulysses and the Sirens (c.?1909) oleh Herbert James DraperKini, para penulis dan seniman menghidupkan kembali mitos siren dengan perspektif baru. Dalam serial Netflix Sirens yang dibintangi Julianne Moore, mitos ini dieksplorasi dari sudut pandang perempuan. Sutradara Nicole Kassell mengatakan, "Siapa yang menentukan makna siren? Pelaut? Kini saatnya melihat dari sudut pandang perempuan."
Dalam novel A Song Below Water karya Bethany C. Morrow, siren menjadi simbol kekuatan perempuan kulit hitam yang melawan seksisme dan rasisme. Sementara dalam When The Tides Held The Moon karya Venessa Vida Kelley, kisah cinta antara perempuan Puerto Rico dan merman (manusia laut) menggambarkan identitas dan transisi di tengah imigrasi dan perbedaan budaya.
Penulis Emilia Hart bahkan menggunakan sosok siren dalam novelnya The Sirens untuk memberi kekuatan naratif kepada narapidana perempuan Irlandia yang diasingkan ke Australia. “Saya ingin membalik narasi klasik tentang perempuan sebagai penggoda dan membuktikan bahwa itu hanyalah cara untuk mengendalikan kekuatan mereka,” katanya.
Dari pengantar kematian hingga ikon daya tarik laut, evolusi siren mencerminkan perubahan cara masyarakat memandang perempuan, kekuasaan, dan hasrat. Di tangan kreator modern, siren bukan lagi makhluk yang harus dihindari, melainkan simbol kebebasan, transformasi, dan kekuatan tersembunyi yang tak pernah padam.
Baca juga: Misteri Mumi Putri Duyung di Jepang Mulai Terungkap, Apa Kata Ahli?
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang