KOMPAS.com - Di tengah peringatan cuaca ekstrem yang masih berlangsung, dr. Santi, Health Management Specialist di Corporate HR Kompas Gramedia, mengingatkan menerapkan gaya hidup sehat.
Dalam keterangan resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Sabtu (12/7/2025), cuaca ekstrem disebut masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia.
BMKG menyebutkan baru sekitar 30 persen zona musim di Indonesia yang benar-benar masuk musim kemarau, hingga akhir Juni 2025 kemarin.
Baca juga: Tips Menjaga Daya Tahan Tubuh Saat Kemarau Basah, Hindari Penyakit yang Mengintai
“Meskipun kita sudah memasuki pertengahan musim kemarau, berbagai faktor atmosfer global dan regional masih mendukung terjadinya hujan lebat dan cuaca ekstrem di banyak wilayah,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.
Kepada Kompas.com pada Kamis (10/7/2025), Santi mengatakan bahwa saat pancaroba daya tahan tubuh secara normal akan cenderung melemah.
Padahal, musim seperti ini penyakit lebih mudah menular dan menyebabkan penyakit.
“Virus, jamur, dan bakteri lebih mudah berkembang biak di masa pancaroba akibat kondisi lingkungan yang mendukung,” ujarnya.
Baca juga: Dokter: Waspada Penyakit Akibat Kemarau Basah
Menurut Santi, perubahan cuaca ekstrem seperti saat ini membuat banyak gangguan kesehatan bisa bermunculan mulai karena suhu dan kelembaban.
Selain itu, adanya genangan air di musim kemarau basah juga bisa menjadi media penular penyakit, misalnya ketika genangan air tercemar oleh kotoran dan urine tikus.
Lebih lanjut, berikut Santi menyebutkan sejumlah penyakit yang berpotensi berkembang di musim kemarau basah, yang perlu diwaspadai masyarakat:
Santi juga mengungkapkan bahwa cuaca ekstrem juga berisiko menyebabkan kecelakaan, seperti kendaraan yang tergelincir atau terjebak dalam lubang jalanan yang tidak terlihat ketika jalan digenangi air.
Oleh karena itu, ia mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Baca juga: Kemarau Basah Picu Risiko Penyakit, Pakar Ingatkan Jaga Daya Tahan Tubuh
Selanjutnya, Santi memberikan beberapa tips untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit di musim kemarau basah seperti bulan ini, yang meliputi:
Konsumsi makanan bergizi lengkap dan beraneka ragam, termasuk sayur, buah, protein nabati dan hewani, serat, serta probiotik.
Batasi makanan tinggi gula, garam, lemak jahat, seperti gorengan atau junk food.
Disarankan untuk melakukan olahraga intensitas sedang minimal 150 menit per minggu.
Aktivitas fisik rutin membantu meningkatkan imunitas.
Tidur 7-9 jam per malam membantu tubuh memulihkan energi dan memperkuat sistem imun.
Baca juga: Dokter Ingatkan, Tak Perlu Minum Suplemen Vitamin C Berlebihan Setiap Hari
Stres berkepanjangan dapat melemahkan daya tahan tubuh.
Jad, penting untuk mencari cara untuk relaksasi, seperti meditasi, mendengarkan musik, atau kegiatan menyenangkan lainnya.
Rajin mencuci tangan, menjaga kebersihan rumah, dan melakukan pemberantasan sarang nyamuk penting untuk mencegah penularan penyakit melalui gigitan nyamuk.
Lingkungan yang kurang bersih akan mempermudah penyebaran virus, jamur, dan bakteri.
Minum cukup air penting untuk sirkulasi darah dan proses pembuangan racun yang tentunya akan mempengaruhi daya tahan tubuh.
Zat-zat dalam rokok dan alkohol bisa mengganggu sistem imun dan memperburuk kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Demikianlah beberapa tips dari dr. Santi agar masyarakat tetap sehat di tengah cuaca ekstrem seperti laporan BMKG.
Disclaimer: Artikel ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak dimaksudkan untuk menawarkan nasihat medis.
Baca juga: Flu atau Radang? Dokter Sarankan Konsumsi Vitamin C di Atas 100 mg
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang