Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Dua Penyangga IKN Meningkat di Tengah Normalisasi Tarif Listrik

Kompas.com - 09/04/2025, 20:23 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

NUSANTARA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) dua penyangga Ibu Kota Nusantara yakni Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) untuk bulan Maret 2025.

Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan inflasi dibandingkan bulan sebelumnya yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor termasuk persiapan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri dan berakhirnya kebijakan subsidi tarif listrik.

Baca juga: Lanud Dhomber Dukung IKN dengan Smart Defense System, 5 Tahun Tuntas

Kepala BI Perwakilan Balikpapan Robi Ariadi menuturkan, Kota Balikpapan mencatatkan inflasi 1,67% (mtm) pada Maret 2025.

"Secara tahunan, inflasi IHK Balikpapan mencapai 1,38% (yoy), angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional 1,03% (yoy) dan gabungan 4 kota di Provinsi Kalimantan Timur yang tercatat 1,36% (yoy)," ujar Robi dalam keterangan yang dikutip Kompas.com, Rabu (9/4/2025).

Penyumbang utama inflasi di Kota Balikpapan berasal dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil sebesar 1,46% (mtm).

Lima komoditas yang memberikan kontribusi inflasi tertinggi adalah tarif listrik, cabai rawit, udang basah, ikan layang, dan emas perhiasan.

Kenaikan tarif listrik dipicu oleh berakhirnya kebijakan diskon 50% untuk pelanggan dengan daya 2.200 VA ke bawah yang berlaku hingga Februari 2025.

Baca juga: Bandara VVIP IKN Rampung 100 Persen, Siap Dukung Mobilitas Pemerintah

Sementara itu, kenaikan harga cabai rawit disebabkan oleh penurunan pasokan akibat curah hujan tinggi di sentra produksi.

"Peningkatan permintaan menjelang HBKN di tengah terbatasnya hasil tangkapan nelayan akibat cuaca buruk menjadi faktor kenaikan harga udang basah dan ikan layang. Harga emas perhiasan juga ikut terkerek naik sejalan dengan tren peningkatan harga emas global," terang Robi.

Di sisi lain, beberapa komoditas berhasil menahan laju inflasi di Kota Balikpapan dengan mencatatkan deflasi, antara lain bayam, kacang panjang, bahan bakar rumah tangga, sawi hijau, dan kangkung.

Penurunan harga sayuran tersebut didukung oleh peningkatan pasokan dan produksi. Penurunan harga bahan bakar rumah tangga (BBRT) didorong oleh penambahan kuota stok LPG 3 kg dan operasi pasar yang berkelanjutan oleh PT Pertamina.

Senada dengan Balikpapan, Kabupaten PPU juga mengalami inflasi sebesar 2,19% (mtm) pada Maret 2025.

Secara tahunan, inflasi IHK PPU tercatat 1,19% (yoy), lebih tinggi dari inflasi nasional namun lebih rendah dibandingkan gabungan 4 kota di Kaltim.

Penyumbang terbesar inflasi di PPU juga berasal dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil 1,84% (mtm).

Baca juga: Rekor Tertinggi Kunjungan IKN Tembus 14.105 Wisatawan dalam Sehari

"Komoditas penyumbang inflasi tertinggi meliputi **tarif listrik, ikan tongkol, cabai rawit, ikan layang, dan cabai merah," cetus Robi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau