Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
Oleh: Cherry Delfina Setiawan, Melinda Lian Budiman, Pamela Hendra Heng, SPd., M.P.H., M.A., Ph.D, dan Widya Risnawaty, S.Psi., M.Psi., Psikolog*
KALAU berbicara tentang keluarga, pasti tidak ada keluarga yang seratus persen sempurna. Keluarga adalah tentang bagaimana kita menjalankan peran, relasi, dan saling melengkapi dalam prosesnya.
Orangtua memiliki peran lebih besar dalam membentuk kepribadian dan karakteristik anak sesuai dengan keinginan mereka, walaupun tak luput dari pengaruh lingkungan eksternal.
Dalam mengasuh dan mendidik anak, tentunya kedua orangtua perlu berperan dan saling bekerja sama.
Namun, apa jadinya bila anak memutuskan untuk memusuhi atau melawan salah satu orangtua? Apakah hal ini dipengaruhi oleh salah satu orangtua lainnya?
Mari kita telusuri salah satu fenomena psikologi dalam keluarga yang disebut "parental alienation".
Gardner (1985) menyatakan bahwa parental alienation merupakan fenomena ketika seorang anak menolak salah satu orangtua, akibat upaya manipulatif dari orangtua lainnya terhadap orangtua sasaran.
Parental alienation ini terjadi ketika orangtua ditolak oleh anaknya tanpa alasan yang sah (Lee-Maturana et al., 2020).
Warshak (2015) mendefinisikan parental alienation sebagai protes dari anak terhadap salah satu orangtua dengan kronis, tegas, tanpa pembenaran yang memadai, dan biasanya cenderung menceritakan sikap negatif orangtua yang lain, serta menantang mereka yang mencoba meringankan masalah tersebut. Hal ini sering terjadi ketika anak sudah beranjak remaja.
Harman et al. (2018) mengemukakan bahwa parental alienation sering terjadi dalam keluarga ketika figur orangtua yang lebih kuat terlibat dalam perilaku merusak dan menghancurkan hubungan antara orangtua lainnya yang dianggap kurang kuat dengan anak.
Tahukah kamu bahwa parental alienation termasuk bentuk abuse dalam rumah tangga? Parental alienation merupakan perilaku yang memaksa, mengendalikan, dan menimbulkan rasa takut pada anak, serta adanya emotional abuse terhadap pasangan atau orangtua yang diasingkan.
Baca juga: Sepercik Harapan di Tengah Kegelapan Ekonomi Indonesia
Isaila dan Hostiuc (2022) mendefinisikan parental alienation sebagai bentuk kompleks dari kekerasan anak yang melibatkan kekerasan psikologis serta adanya perampasan dukungan dari salah satu orangtua, sehingga dapat dianggap sebagai bentuk pengabaian.
Seringkali kita tidak sadar telah melakukan parental alienation melalui hal-hal kecil. Bahkan terkadang parental alienation dilakukan melalui percakapan sepele seperti “anak kita lebih mirip aku daripada kamu” atau “nanti kalau sudah besar, kamu jangan seperti ayah yang suka malas-malasan”.
Apa saja yang termasuk parental alienation? Sekarang, mari kita telusuri lebih dalam apa saja hal yang termasuk parental alienation.
Biasanya parental alienation merupakan hasil pemaksaan, kontrol, dan pembangkitan rasa takut pada anak terhadap orangtua yang menjadi sasaran (Balmer et al., 2017). Beberapa perilaku yang biasa dilakukan, seperti:
Gejala atau tanda-tanda parental alienation
Parental alienation terkadang sulit dikenali gejalanya. Namun, ada beberapa tanda-tanda jelas yang menunjukkan adanya parental alienation dalam keluarga.
Beberapa tanda-tandanya antara lain anak-anak akan memperlakukan orangtua yang terasing dengan permusuhan, ketidakpatuhan, pembangkangan, cemoohan, dan penarikan diri (Harman et al., 2019).
Mereka mungkin akan menolak kontak apapun dengan orangtua terasing, bahkan bisa melakukan hal ekstrem, seperti kekerasan secara verbal maupun secara fisik.
Anak-anak yang telah menganggap buruk orangtua terasing juga akan menolak atau menghindari informasi apapun yang akan membuat mereka mengubah pandangan negatif mereka pada orangtua terasing (Warshak, 2015).