Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Munir Sara
Tenaga Ahli Anggota DPR RI

Menyelesaiakan Pendidikan S2 dengan konsentrasi kebijakan publik dan saat ini bekerja sebagai tenaga Ahli Anggota DPR RI Komisi XI

Isu Pangan dan Desa, Dua soal Fundamental

Kompas.com - 23/10/2024, 06:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADA hal baru dalam kabinet Presiden Prabowo Subianto, yakni Menko pangan. Sejalan dengan visi besar Prabowo menciptakan ketahanan pangan dan lebih jauh lagi kedaulatan pangan nasional.

Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk, maka ketersediaan kebutuhan vital seperti pangan menjadi fundamental.

Dengan demikian, orientasi ketahanan pangan nasional tidak lagi sebatas stabilisasi dengan memperkuat pasokan secara jangka pendek dengan cara impor, tapi meningkatkan produktivitas pangan nasional berkelanjutan.

Basis dari orientasi ketahanan pangan nasional haruslah berdasarkan peningkatan kapasitas produksi dalam negeri.

Dengan demikian, pasokan tambahan untuk stabilisasi harga, tidak ditempuh melalui impor sebagai satu-satunya cara, tapi melalui dukungan produksi dalam negeri dengan menyerap hasil pertanian petani domestik.

Secara data pun terjadi ambigu. Misalnya pada komoditi beras, dari data pemerintah, selalu terjadi surplus beras tiap tahun. Namun, faktanya impor beras pun terjadi tiap tahun.

Sebagai contoh, produksi beras menurut BPS pada 2023 untuk konsumsi pangan penduduk adalah 30,90 juta ton. Sementara kebutuhan beras untuk konsumsi rumah tangga nasional di tahun yang sama 22,64 juta ton.

Dari data ini maka semestinya terjadi surplus sebesar 8,26 juta ton. Faktanya, pada 2023, pemerintah mengimpor beras 1,7 juta ton. Inilah yang menjadi misteri, bila terjadi surplus, kenapa pemerintah melakukan impor?

Bila pemerintah berdalih bahwa impor tersebut untuk pencadangan beras, maka semestinya yang diserap adalah hasil petani. Bukan sebaliknya, mengimpor di saat musim panen yang berdampak pada jatuhnya harga beras petani sehingga mereka makin kesulitan, karena kebijakan.

Bila kita bicara tentang kemiskinan struktural, maka kebijakan soal pangan; beras, memperlihatkan bahwa impor beras di saat terjadi surplus, dan pemenuhan pasokan tidak dengan cara menyerap beras petani, adalah pemiskinan struktural petani akibat kebijakan.

Pasalnya, bila harga jual hasil beras petani jatuh, maka hasil yang diperoleh tak menutup biaya input. Apalagi petani sulit mengakses institusi pembiayaan formal, sehingga lebih banyak meminjam modal dari rentenir.

Sehingga bila harga jual beras petani jatuh, maka tak akan menutup biaya produksi yang dikeluarkan para petani.

Sehingga orientasi dari politik pangan—menuju ketahanan pangan, perlu memiliki landasan pada kesejahteraan petani. Swasembada pangan jangan sampai berorientasi korporasi yang menguntungkan dari sisi national gain, tapi justru mematikan petani kecil di desa.

Demikian pun pemenuhan pasokan melalui pencadangan pangan pokok seperti beras, jangan sampai terus mengandalkan impor, sementara pasokan beras domestik dari petani tidak terserap.

Secara national gain, impor beras cenderung murah sehingga negara untung, tapi tidak berdampak bagi kesejahteraan para petani.

Halaman:


Terkini Lainnya
Jadwal KRL Jogja - Solo pada 9-12 Juni 2025
Jadwal KRL Jogja - Solo pada 9-12 Juni 2025
Ekbis
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
Ekbis
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Ekbis
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Ekbis
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
Ekbis
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
Ekbis
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban  hingga ke Pelosok
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban hingga ke Pelosok
Ekbis
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Ekbis
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Ekbis
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi 'Angin Segar' di Semester II 2025
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi "Angin Segar" di Semester II 2025
Cuan
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Energi
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
Ekbis
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Ekbis
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Ekbis
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau