JAKARTA, KOMPAS.com — Dana darurat menjadi salah satu elemen penting dalam perencanaan keuangan pribadi. Fungsi dana darurat adalah sebagai penyangga saat menghadapi kondisi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, sakit mendadak, atau kebutuhan mendesak lainnya.
Meski demikian, banyak orang masih belum mengetahui cara menghitung kebutuhan dana darurat secara tepat.
Dana darurat pada dasarnya merupakan dana yang sengaja disiapkan dan disimpan secara terpisah dari kebutuhan harian maupun dana investasi. Tujuannya adalah memberikan perlindungan finansial yang memadai ketika terjadi situasi darurat.
Baca juga: Kenapa Dana Darurat Penting?
Kebutuhan dana darurat bervariasi tergantung pada status pernikahan, jumlah tanggungan, serta jenis pekerjaan.
Dikutip dari laman Kementerian Keuangan, berikut panduan umum dalam menghitung besaran dana darurat:
Sebagai ilustrasi, seseorang dengan pengeluaran Rp 4 juta per bulan dan sudah menikah dengan satu anak, sebaiknya memiliki dana darurat sekitar Rp 48 juta.
Baca juga: Dana Darurat Vs Investasi, Mana yang Harus Didahulukan?
Perhitungan ini bertujuan agar kebutuhan dasar tetap terpenuhi ketika sumber penghasilan utama terganggu.
Semakin tinggi risiko ketidakpastian, misalnya pada pekerja lepas atau wiraswasta, maka semakin besar dana darurat yang perlu disiapkan.
Dana darurat idealnya mulai dikumpulkan sejak seseorang memiliki penghasilan tetap. Semakin cepat dikumpulkan, semakin besar pula perlindungan finansial yang dimiliki.
Keterlambatan menyiapkan dana darurat berpotensi menimbulkan tekanan keuangan saat terjadi situasi krisis.
Langkah pertama dalam menyiapkan dana darurat adalah mencatat pengeluaran bulanan secara rinci.
Setelah itu, tetapkan target jumlah dana sesuai kategori status dan tanggungan. Dengan mengetahui kebutuhan dasar, proses pengumpulan bisa dilakukan secara lebih terukur.
Baca juga: Berapa Besar Dana Darurat yang Ideal? Ini Panduannya
Mengumpulkan dana darurat bisa dilakukan secara bertahap melalui alokasi rutin dari penghasilan. Beberapa strategi berikut dapat membantu mempercepat pencapaiannya:
Instrumen penyimpanan dana darurat sebaiknya bersifat likuid dan aman.
Pilihan seperti tabungan, deposito, atau emas batangan dapat digunakan karena mudah dicairkan saat dibutuhkan dan relatif stabil.
Baca juga: Investor Aset Kripto Juga Perlu Siapkan Dana Darurat, Apa Kegunaannya?
Meski penting, dana darurat tidak perlu dikumpulkan secara berlebihan. Menyimpan dana terlalu banyak dalam instrumen rendah imbal hasil berisiko menurunkan potensi pertumbuhan aset.
Dana yang melebihi kebutuhan darurat sebaiknya dialihkan ke instrumen investasi yang memberikan hasil lebih optimal.
Pengelolaan dana darurat yang efisien akan memberikan perlindungan optimal tanpa menghambat perkembangan keuangan jangka panjang.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini