Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Fenomena "Rojali", Peritel: Harus Ada Penciptaan Lapangan Kerja untuk Dorong Daya Beli

Kompas.com - 23/07/2025, 16:40 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budiharjo Iduansjah mengatakan, penciptaan lapangan kerja bisa jadi solusi untuk mengatasi maraknya rombongan jarang beli (rojali).

Sebab, pekerjaan membuat masyarakat punya kemampuan untuk membeli barang.

Budiharjo juga bilang bahwa saat ini sudah tersedia berbagai pusat perbelanjaan yang bagus sehingga harus diimbangi dengan daya beli masyarakat.

"Sebenernya kita harus menciptakan daya beli gitu, menciptakan lapangan pekerjaan," ujar Budiharjo dalam konferensi pers Hari Retail Modern Indonesia (Harmoni) di Gedung Smesco, Jakarta, Rabu (23/7/2025).

Baca juga: Mendag soal Fenomena “Rojali” : Kan Bebas Mau Beli Online atau Offline

"Jadi enggak bisa cuman bikin toko, mal sebagus-bagus ya tapi yang beli enggak ada," tuturnya.

Budiharjo mengakui fenomena rojali memang terjadi di industri retail. Selain karena daya beli, ada faktor lain, yakni sistem kerja work from anywhere (WFA) yang menyebabkan karyawan bisa bekerja dari kafe atau tempat makan di mal.

Sehingga mereka hanya membeli di kafe tetapi tidak di gerai-gerai lain yang ada di mal.

"Jadi sebenernya saat ini memang ada rojali, tadi tapi memang itu dipengaruhi juga dengan work from anywhere. Itu memang jadi satu customer behavior yang baru," tambah Budiharjo.

Adapun rojali identik dengan orang-orang yang kerap datang ke toko, gerai, atau mall tetapi hanya melihat-lihat barang dan tidak melakukan transaksi pembelian.

Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, memberikan pandangannya terkait fenomena masyarakat yang menjadi rojali.

Menurut Nailul, fenomena ini dipengaruhi pendapatan masyarakat yang turun, tetapi mereka tetap butuh hiburan.

"Salah satu faktor yang berpengaruh adalah faktor pendapatan masyarakat yang tengah menurun, namun masyarakat tetap butuh ‘hiburan’," ujar Nailul saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu (20/7/2025).

"Hiburan paling murah bagi masyarakat saat ini adalah jalan-jalan tanpa membeli. Pun ketika ingin membeli barang, mereka akan membelinya via perdagangan daring karena harga yang lebih terjangkau," jelasnya.

Padahal, lanjutnya, pemerintah sudah banyak menggelar program diskon belanja.

Akan tetapi, nampaknya belum bisa mengangkat daya beli masyarakat secara signifikan. "Jadi faktor utamanya memang dari sisi pendapatan masyarakat yang menurun yang mengakibatkan fenomena rojali ini," tutur Nailul.

Baca juga: PBNU Sebut Rojali Hantui Industri Ritel, Mal Ramai tapi Sepi Pembeli

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Industri
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Ekbis
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Keuangan
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
Ekbis
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ekbis
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
Cuan
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau