JAKARTA, KOMPAS.com – Pasar kripto dan saham Amerika Serikat (AS) menguat setelah data inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) Juli 2025 dirilis lebih rendah dari perkiraan. Bitcoin (BTC) naik dari 118.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,94 miliar menjadi 119.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,96 miliar, sementara sejumlah altcoin mencatat lonjakan lebih tajam.
Ethereum (ETH) melonjak 7 persen ke 4.600 dollar AS atau sekitar Rp 75,9 juta. Solana (SOL) dan Chainlink (LINK) naik lebih dari 12 persen dalam 24 jam terakhir.
Indeks saham utama AS juga mencatat rekor baru. S&P 500 dan Nasdaq menguat masing-masing 1,1 persen dan 1,4 persen, sementara Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 1,1 persen, mendekati level tertinggi sejak Desember tahun lalu. Saham teknologi raksasa seperti Nvidia, Microsoft, dan Apple menjadi magnet utama arus modal investor.
Baca juga: Harga Emas Dunia Menguat Tipis Usai Rilis Data Inflasi AS
Pelemahan dollar AS pasca rilis data inflasi tersebut membuat pasar semakin optimistis The Fed akan memangkas suku bunga pada September. Berdasarkan CME FedWatch, peluang pemangkasan naik menjadi 90 persen dari sebelumnya 84 persen.
Meski begitu, detail inflasi menunjukkan hasil beragam. CPI tahunan naik 2,7 persen, di bawah perkiraan 2,8 persen. Namun, inflasi inti (Core CPI) yang tidak memasukkan harga pangan dan energi naik 3,1 persen, sedikit di atas ekspektasi 3,0 persen dan meningkat dari 2,9 persen pada Juni. Secara bulanan, CPI naik 0,2 persen dan Core CPI naik 0,3 persen.
Baca juga: Harga Bitcoin Tembus Rp 1,99 Miliar, Pasar Kripto Bersiap Hadapi Pekan Penting
Fahmi Almuttaqin, Analis Reku, mengatakan pemicu utama rally ini adalah ekspektasi pemangkasan suku bunga, ditambah optimisme terhadap investasi besar perusahaan teknologi di bidang AI, cloud, dan pusat data.
“Kondisi ini mencerminkan keyakinan pelaku pasar bahwa meskipun inflasi inti belum turun sesuai harapan, kenaikan inflasi secara keseluruhan yang lebih rendah dari perkiraan memberi ruang bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneter pada pertemuan berikutnya,” ujar Fahmi di Jakarta, melalui keterangan pers, Rabu (13/8/2025).
Menurutnya, pernyataan Jerome Powell di forum Jackson Hole akhir bulan ini akan menjadi kunci, terutama jika muncul sinyal pemangkasan agresif atau bertahap. “Namun, volatilitas tetap perlu diwaspadai menjelang pertemuan FOMC September,” tambah Fahmi.
Ia menilai, jika pelonggaran dimulai, likuiditas bisa mengalir deras ke pasar kripto dan saham AS. Investor disarankan memperhatikan profil risiko untuk menentukan porsi alokasi dan pemilihan aset sesuai preferensi.
Baca juga: Mengenal Stephen Miran, Orang Titipan Trump yang Bakal Masuk The Fed
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini