KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya, industri mobil listrik China menggelontorkan lebih banyak dana untuk pembangunan pabrik di luar negeri dibandingkan di dalam negeri.
Laporan terbaru konsultan asal Amerika Serikat, Rhodium Group, yang dirilis Senin (18/8/2025) menyebut, mayoritas investasi tersebut diarahkan ke sektor baterai.
Sekitar 74 persen dana investasi pabrik luar negeri berasal dari proyek baterai, sementara pabrik perakitan kendaraan juga disebut meningkat pesat.
Dilansir dari CNBC, langkah ini menunjukkan strategi baru produsen mobil listrik China dalam menghadapi persaingan ketat di pasar domestik sekaligus merespons tarif tinggi di negara tujuan ekspor.
Baca juga: Laku Keras, Mobil Listrik Xiaomi Baru Dijual ke Pasar Global Mulai 2027
Menurut Rhodium Group, dukungan pemerintah di negara tujuan bisa menjadi alasan utama perusahaan China membangun fasilitas produksi di luar negeri.
“Dorongan regulasi yang semakin ketat di pasar seperti Uni Eropa meningkatkan hambatan masuk dan akan mendorong lebih banyak perusahaan China untuk mendirikan operasi manufaktur lokal,” dikutip dari laporan Rhodium Group.
Data lembaga itu menunjukkan, investasi manufaktur di dalam negeri anjlok tajam pada 2024, hanya sekitar 15 miliar dollar AS, turun dari 41 miliar dollar AS pada 2023.
Sebagai perbandingan, pada 2022 nilai proyek yang diumumkan sempat mencapai lebih dari 90 miliar dollar AS.
Meski investasi luar negeri masih relatif kecil, angka itu untuk pertama kalinya “sedikit melampaui” investasi domestik pada 2024.
Baca juga: Pemerintah Bakal Evaluasi Insentif Mobil Listrik
Sejumlah proyek besar mulai beroperasi pada 2025. Great Wall Motor (GWM) baru saja meresmikan pabrik pertamanya di Brasil pada Jumat (15/8/2025) waktu setempat. Acara ini turut dihadiri Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva bersama CEO GWM Mu Feng.
Perusahaan itu bahkan dikabarkan tengah mempertimbangkan pembangunan pabrik tambahan di kawasan Amerika Latin dan akan mengambil keputusan paling cepat tahun depan.
Sementara itu, raksasa mobil listrik BYD mulai memproduksi mobil di pabrik barunya di Brasil pada Juli lalu.
Meski sempat terkena denda terkait praktik ketenagakerjaan, BYD berhasil mencatat penjualan lebih dari 545.000 unit mobil di pasar internasional hingga Juli 2025.
Jumlah ini melampaui total penjualan luar negeri sepanjang 2024 yang tercatat lebih dari 417.000 unit, dilansir dari CNBC.
Tak hanya di Brasil, produsen baterai Envision juga mengumumkan pada Juni lalu bahwa mereka telah resmi memulai produksi di pabrik pertamanya di Prancis.
Baca juga: BYD Salip Tesla, Kuasai Pasar Mobil Listrik Global
Meski ekspansi kian agresif, laporan Rhodium Group menyoroti tingkat keberhasilan proyek pabrik luar negeri China masih rendah.
Hanya sekitar 25 persen rencana investasi pabrik mobil listrik di luar negeri yang benar-benar terealisasi.
Angka ini jauh di bawah tingkat penyelesaian proyek dalam negeri yang mencapai 45 persen. Bahkan, peluang pembatalan proyek di luar negeri disebut dua kali lebih tinggi.
“Perusahaan China juga harus menghadapi kekhawatiran Beijing terkait kebocoran teknologi, hilangnya lapangan kerja, hingga risiko deindustrialisasi. Hal itu bisa memicu pengawasan lebih ketat terhadap arus investasi ke sektor strategis di luar negeri,” tulis Rhodium Group dalam laporannya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini