Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Pola Pikir yang Bedakan Orang Kaya dan Kelas Menengah

Kompas.com - 16/10/2025, 09:13 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

KOMPAS.com - Kesenjangan antara kelas menengah dan orang kaya sering disalahartikan hanya karena perbedaan penghasilan. Padahal, faktor yang paling berpengaruh justru terletak pada pola pikir dan kebiasaan dalam mengelola uang.

Kelas menengah umumnya terjebak dalam rutinitas bekerja dan konsumsi. Sementara itu, orang kaya memusatkan perhatian pada bagaimana uang mereka bisa bekerja menghasilkan lebih banyak uang.

Dilansir dari New Trader U, berikut lima kebiasaan yang kerap dilakukan kelas menengah namun dihindari oleh orang kaya atau mereka yang berhasil membangun kekayaan.

Baca juga: 8 Tips Investasi dari Warren Buffett untuk Bangun Kekayaan

1. Mengejar Gengsi, Bukan Aset

Di lingkungan perumahan atau kota besar, penanda “sukses” sering diukur dari tampilan luar: mobil baru, ponsel terbaru, pakaian bermerek, atau rumah besar yang cicilannya membebani.

Bagi banyak orang, setiap kenaikan jabatan berarti peningkatan gaya hidup. Gaji naik, mobil pun diganti. Bonus datang, rumah direnovasi.

Namun, pola ini membuat mereka terus berada dalam lingkaran konsumsi karena barang-barang tersebut sesungguhnya adalah liabilitas—bukan aset—yang nilainya menurun dan butuh biaya perawatan.

Sebaliknya, orang kaya memandang uang dari sisi produktif. Pertanyaan utama mereka sederhana: “Apakah pembelian ini bisa menghasilkan uang?” Mobil mewah tak memenuhi kriteria itu, tapi properti sewaan atau investasi justru iya.

Mereka bukan anti terhadap barang mewah, namun hanya membelinya setelah memiliki aset yang memberi keuntungan. Bagi orang kaya, yang membeli kemewahan adalah hasil investasi, bukan gaji.

Baca juga: Survei Ungkap Milenial Ingin Terlihat Kaya, Ini 4 Cara Bangun Kekayaan

2. Mengandalkan Waktu untuk Mendapat Uang

Kebanyakan orang tumbuh dengan pola pikir yang sama: sekolah, bekerja, naik pangkat, lalu pensiun. Sistem ini bergantung pada pendapatan aktif, yaitu menukar waktu dengan uang.

Masalahnya, waktu manusia terbatas. Itulah sebabnya orang kaya berusaha keluar dari sistem tersebut sejak dini. Mereka tak lagi bertanya “Berapa penghasilan per jam?” melainkan “Bagaimana cara agar uang tetap mengalir meski saya tak bekerja?”

Pendekatan ini melahirkan sistem pendapatan pasif, seperti bisnis yang bisa berjalan sendiri, investasi saham atau properti, dan portofolio yang terus berkembang lewat bunga majemuk. Dengan cara ini, uang tetap bekerja bahkan saat mereka sedang tidur.

Ilustrasi kekayaan. Perbedaan orang kaya dengan kebanyakan orang bukan hanya soal uang, melainkan pola pikir. Inilah 10 prinsip yang dijalankan 1 persen orang terkaya dunia dalam membangun kekayaan mereka. Ilustrasi kekayaan. Perbedaan orang kaya dengan kebanyakan orang bukan hanya soal uang, melainkan pola pikir. Inilah 10 prinsip yang dijalankan 1 persen orang terkaya dunia dalam membangun kekayaan mereka.

3. Hidup dari Utang demi Gaya Hidup

Bagi banyak orang, utang sudah seperti bagian hidup: cicilan mobil, kartu kredit, hingga liburan dengan skema pembayaran. Alasan klasiknya: “Saya pantas menikmatinya,” atau “Semua orang juga begitu.”

Padahal, ini adalah ilusi kesejahteraan. Setiap rupiah utang berarti beban bunga yang mengalir keluar dari kantong sendiri.

Orang kaya memiliki prinsip berbeda. Mereka menggunakan utang hanya jika bisa menghasilkan pendapatan baru.

Misalnya, pinjaman untuk membeli properti sewaan atau mengembangkan bisnis. Prinsipnya jelas: jika utang tak memberi imbal hasil, lebih baik dihindari.

Baca juga: 6 Strategi Mengelola Keuangan yang Bantu Anda Pupuk Kekayaan

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau