Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohammad Aliman Shahmi
Dosen

Dosen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Mahmud Yunus Batusangkar

Pilkada 2024: Mengabaikan Suara Kelas Menengah

Kompas.com - 06/11/2024, 05:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI TENGAH hiruk-pikuk kampanye dan janji-janji politik yang disampaikan para calon kepala daerah, terlihat bahwa perhatian mereka hampir selalu tertuju pada masyarakat miskin dan marginal.

Sementara itu, kelas menengah—yang sebenarnya merupakan bagian terbesar dari populasi dan terpapar risiko krisis yang tak kalah besar—cenderung terlupakan.

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), kelas menengah di Indonesia mencapai sekitar 40 persen dari total populasi.

Mereka berada dalam posisi rentan, terlebih dalam menghadapi inflasi dan ketidakpastian ekonomi global.

Ketika biaya hidup terus meningkat, tekanan finansial pada kelas menengah semakin besar, memperbesar risiko mereka jatuh ke dalam kemiskinan.

Meski kontribusi kelas ini begitu signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi dan usaha kecil menengah, kebijakan politik daerah jarang mengarah pada penguatan mereka.

Kerapuhan Kelas Menengah

Dalam wacana politik lokal, isu kemiskinan sering menjadi agenda utama calon kepala daerah. Narasi ini, meskipun sangat penting, membawa implikasi bahwa kelompok lainnya, terutama kelas menengah, cenderung terabaikan.

Kelas menengah sering kali menghadapi situasi unik dan rentan yang tidak banyak mendapat perhatian dalam perencanaan kebijakan.

Mereka berada di tengah-tengah: tidak memenuhi syarat untuk bantuan sosial, tetapi juga tidak cukup kuat menghadapi tekanan ekonomi, inflasi, atau biaya pendidikan dan kesehatan yang terus naik.

Padahal, ketahanan ekonomi kelas menengah memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas daerah.

Kelompok ini sebenarnya adalah pilar ekonomi yang menopang sektor konsumsi, memberikan daya beli, dan menjaga roda perekonomian tetap berputar.

Namun, ketika kebijakan kepala daerah tidak menyentuh masalah-masalah yang dihadapi, mereka dibiarkan menghadapi sendiri beban finansial yang semakin berat.

Kebijakan yang difokuskan hanya pada masyarakat miskin seringkali bersifat reaktif dan tidak menjawab kebutuhan kelas menengah yang mengalami tekanan ekonomi secara bertahap.

Kelas menengah mungkin tampak lebih mandiri, tetapi realitasnya, kondisi mereka cukup rawan untuk jatuh ke dalam kemiskinan jika dihadapkan pada krisis besar atau pandemi seperti yang baru saja terjadi.

Mengabaikan kelompok menengah dalam kebijakan politik daerah dapat melemahkan stabilitas sosial secara keseluruhan.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Indonesia Gandeng Prancis Bahas Regulasi AI hingga Perlindungan Anak di Ruang Siber
Indonesia Gandeng Prancis Bahas Regulasi AI hingga Perlindungan Anak di Ruang Siber
Nasional
Pro-Kontra Penulisan Ulang Sejarah Indonesia dengan 'Tone' Positif
Pro-Kontra Penulisan Ulang Sejarah Indonesia dengan "Tone" Positif
Nasional
Raja Ampat, Ekstraktivisme, dan Oligarki Pertambangan
Raja Ampat, Ekstraktivisme, dan Oligarki Pertambangan
Nasional
Tambang Nikel di Pulau Batang Pele Raja Ampat Ada di Hutan Lindung
Tambang Nikel di Pulau Batang Pele Raja Ampat Ada di Hutan Lindung
Nasional
Pemerintah Sebut Tambang Nikel Pulau Kawei Raja Ampat Melebihi Batas
Pemerintah Sebut Tambang Nikel Pulau Kawei Raja Ampat Melebihi Batas
Nasional
Menteri LH: Izin Lingkungan Tambang Raja Ampat Diterbitkan Bupati pada 2006
Menteri LH: Izin Lingkungan Tambang Raja Ampat Diterbitkan Bupati pada 2006
Nasional
Pemerintah Perkarakan Pencemaran Pulau Manuran Raja Ampat ke Ranah Hukum
Pemerintah Perkarakan Pencemaran Pulau Manuran Raja Ampat ke Ranah Hukum
Nasional
Anggota DPR Sebut Tambang Ilegal Papua Dibekingi Aparat, TNI: Laporkan!
Anggota DPR Sebut Tambang Ilegal Papua Dibekingi Aparat, TNI: Laporkan!
Nasional
Sejumlah Jemaah Haji RI Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf
Sejumlah Jemaah Haji RI Tak Dapat Tenda, Ketua PPIH Minta Maaf
Nasional
Penulis Ulang Sejarah RI: Tone Positif Tak Berarti Gelapkan Hal Jelek
Penulis Ulang Sejarah RI: Tone Positif Tak Berarti Gelapkan Hal Jelek
Nasional
Urus Udara Jakarta yang Memprihatinkan, Menteri LH Belum ke Raja Ampat
Urus Udara Jakarta yang Memprihatinkan, Menteri LH Belum ke Raja Ampat
Nasional
Dukung Penutupan Tambang Nikel di Raja Ampat, Lamhot Sinaga: Keindahan Alam dan Kekayaan Hayati Harus Dilestarikan
Dukung Penutupan Tambang Nikel di Raja Ampat, Lamhot Sinaga: Keindahan Alam dan Kekayaan Hayati Harus Dilestarikan
Nasional
Eks Kepala PPATK Salut Djaka Budi Utama Terima Jabatan Dirjen Bea Cukai
Eks Kepala PPATK Salut Djaka Budi Utama Terima Jabatan Dirjen Bea Cukai
Nasional
Menteri LH Perlihatkan Foto Tambang di Raja Ampat, Begini Kondisinya
Menteri LH Perlihatkan Foto Tambang di Raja Ampat, Begini Kondisinya
Nasional
Menteri LH: Pantai Pulau Manuran Raja Ampat Keruh karena Tambang Nikel
Menteri LH: Pantai Pulau Manuran Raja Ampat Keruh karena Tambang Nikel
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau