YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, kembali jadi sorotan setelah ditemukan ulat sayur dalam makanan yang disajikan.
Menanggapi hal tersebut, Ahli Gizi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Toto Sudargo, menjelaskan, secara morfologi, ulat sayur tidak berbahaya bagi tubuh manusia.
"Ulat sayur itu secara morfologi tidak berbahaya, karena begitu masuk ulat tersebut akan dihancurkan oleh asam lambung," ujar Toto Sudargo saat dihubungi Kompas.com, Kamis (30/10/2025).
Baca juga: Update Dugaan Keracunan MBG di Gunungkidul, Masih Ada Pasien Masuk ke RSUD
Meskipun ulat sayur mengandung protein hewani, Toto menjelaskan, tidak disarankan untuk dikonsumsi secara sengaja.
"Karena hewani, berarti ada protein hewani. Tetapi itu (ulat sayur) tidak direkomendasi untuk dimakan dengan sengaja," ucapnya.
Terkait ulat Samia Cynthia Ricini yang disebut terdapat dalam makanan MBG di Kamal, Toto menyebut bahwa jenis ulat tersebut tidak lazim dikonsumsi.
"Menurut saya ulat (Samia Cynthia Ricini) tersebut tidak lazim untuk dimakan," ungkapnya.
Ia juga menambahkan, keberadaan ulat dalam sayuran menunjukkan bahwa proses pencucian sayur belum dilakukan secara optimal, sehingga berpotensi masih mengandung bakteri dan residu pestisida.
"Sayuran itu masih ada ulat, artinya sayuran itu kurang bersih, baik bersih mungkin dari kontaminasi bakteri, maupun dari residu pestisida, itu pasti. Karena dua itu akan berdampingan terus, terutama bakteri," ucap Toto.
Menurut Toto, sayur sebaiknya dicuci dengan air mengalir sebelum dimasak untuk menghilangkan sebagian besar kotoran dan bakteri.
"Mencuci dengan air mengalir dapat menghilangkan 75 persen dari kotoran hingga bakteri yang menempel dalam bahan makanan," jelasnya.
Ia menambahkan, proses penyiapan bahan makanan oleh SPPG harus dilakukan dengan lebih hati-hati dan sesuai standar keamanan pangan.
"Kalau ada ulatnya, ulatnya saja disingkirkan. Tetapi untuk pemasakan berikutnya, SPPG itu harus diingatkan oleh seorang ahli gizi atau pengawas bahwa proses penyiapan bahan makanan harus betul-betul aman, tidak buru-buru, tidak sembarangan," tuturnya.
Sebelumnya, Kepala SPPG Gili Timur, Diandra Dieva Pertiwi, mengakui adanya kelalaian dalam penyajian makanan MBG di Kecamatan Kamal.
"Untuk temuan ulat itu hanya ada di 1 ompreng dan itu belum sempat dikonsumsi. Kami langsung dapat konfirmasi dari pihak sekolah dan langsung melakukan penarikan makanan kemudian mengganti dengan yang baru," kata Diandra, Rabu (29/10/2025).