SURABAYA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengeluarkan surat edaran (SE) setelah campak ditetapkan dalam status kejadian luar biasa (KLB) di Kabupaten Sumenep, Madura.
SE Wali Kota dengan Nomor: 400.7.7.1/18915/436.7.2/2025 ini berisi tentang Peningkatan Kewaspadaan dan Pencegahan Penularan Campak di Surabaya.
“Mohon doanya agar Surabaya aman dari KLB. Kami terus berupaya agar hal itu tidak terjadi," ujar Nanik Sukristina, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, saat dikonfirmasi pada Rabu (3/9/2025).
Nanik menjelaskan bahwa salah satu tantangan dalam penanganan campak adalah tingginya mobilitas penduduk.
Baca juga: Penderita Campak di Jember Jadi 40, Terbaru Balita yang Belum Imunisasi Lengkap
Selain itu, masih terdapat orang tua yang enggan membawa anaknya untuk imunisasi.
"Kadang-kadang kita harus mendatangi mereka satu per satu, mencari dari rumah ke rumah karena masih ada yang percaya beberapa stigma tentang imunisasi campak," ujarnya.
Berdasarkan data, capaian imunisasi Campak-Rubella dosis pertama di Surabaya dari Januari hingga Juli 2025 mencapai 60,1 persen, melebihi target pemerintah pusat yang sebesar 58 persen.
Sementara itu, imunisasi Campak-Rubella untuk dosis kedua mencapai 60,7 persen dan dosis ketiga mencapai 76,71 persen, dengan target yang sama sebesar 58 persen.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan P2KB Sumenep telah mengintensifkan penyelidikan epidemiologi (PE) campak setelah ditetapkan KLB sejak Agustus 2025.
Baca juga: Kasus Kematian Campak Bertambah 4, Total 6 Anak Meninggal di Pamekasan
Langkah ini diambil untuk mempercepat penanganan kasus di tengah pelaksanaan imunisasi massal atau outbreak response immunization (ORI).
Kerja sama lintas instansi diharapkan dapat memperkuat analisis lapangan dan membantu menekan penularan.
Fokus penyelidikan berada di Kecamatan Gapura, Talango, dan Pasongsongan, yang dipilih karena jumlah kasus campak terus meningkat.
Selain kampus, tim lintas instansi seperti dinas pendidikan dan kementerian agama juga dilibatkan.
Pelibatan ini dilakukan karena penularan banyak terjadi di sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes P2KB Sumenep, Achmad Syamsuri, menerangkan bahwa penyelidikan epidemiologi dilakukan untuk menelusuri jalur penularan.
Baca juga: Dinkes Sumenep Gandeng Unair Gelar Penyelidikan Epidemiologi KLB Campak
"Jika ada anak terjangkit, maka dicari tahu sumbernya, apakah tertular di sekolah, surau, atau tetangga sekitar," katanya.
"Istilahnya diperdalam, terkait dengan sebab penyebaran campak ini. Mereka dapatnya dari mana. Apakah dari tetangga, atau saudaranya," lanjutnya.
"Misalnya, oh iya Pak. Saudaranya ini, kemarin sakit juga, umpamanya. Di sana akan diperdalam maksudnya," tambah Achmad.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini