Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Kabut di Labuan Bajo, Turis Tak Bisa Lihat "Sunset" dan "Snorkeling"

Kompas.com - 30/11/2024, 12:07 WIB
Nansianus Taris,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Langit Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), sejak Jumat (29/11/2024) hingga Sabtu (30/11/2024) tampak kabur atau berkabut asap.

Kondisi itu terjadi dari pagi hingga malam hari. Akibatnya, pada sore hari, wisatawan tidak bisa lagi menikmati pemandangan matahari terbenam (sunset).

Baca juga: Taman Doa Devosi dan Patung St. Yosef, Wisata Religi Katolik Baru di Labuan Bajo

"Biasanya sore-sore begini, kita datang di Kampung Ujung dan Kawasan Marina pasti duduk santai minum kopi sambil menikmati sunset. Sekarang udaranya kabur terus, jadi tidak bisa lagi," tutur seorang wisatawan lokal di Waterfront Marina Labuan Bajo, Lasty Amat, pada Jumat (29/11/2024) sore.

Ia mengaku bingung dengan fenomena alam yang akhir-akhir ini muncul, salah satunya kabut asap ini.

"Mungkin dampak erupsi kali ya. Atau mungkin BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) yang bisa jelaskan fenomena ini," ujarnya.

Dampak dari abu vulkanik Genung Lewotobi?

Visual Gunung Lewotobi Laki-laki pada Selasa (26/11/2024)Dok. PGA Lewotobi Laki-laki Visual Gunung Lewotobi Laki-laki pada Selasa (26/11/2024)

Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Seran mengatakan, fenomena langit yang tampak kabur tersebut bernama haze. Fenomena itu terjadi di Flores, Sumba, bahkan sampai ke Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Bali.

"Sempat ada dugaan bahwa ini disebabkan oleh sebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi dan terakumulasi di ruang udara. Namun, itu hanya sebatas dugaan tanpa dasar yang kuat, artinya tanpa dukungan data," jelas Maria saat dikonfirmasi, Jumat sore.

Haze, lanjut dia, dapat diartikan sebagai kekaburan udara yang disebabkan oleh partikel-partikel kecil yang mengaburkan pandangan dan mengurangi kejernihan langit.

Baca juga: Cerita Wisatawan Gagal Naik Pesawat 5 Kali dari Labuan Bajo, Tiketnya Hangus

Haze sering kali terjadi ketika ada akumulasi debu, asap, atau uap air di atmosfer yang menghalangi cahaya.

Haze disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk polusi udara, dan kebakaran hutan. Debu vulkanik dari erupsi gunung berapi yang melepaskan debu dan gas SO2 ke atmosfer juga dapat menyebabkan haze.

Selain itu, kondisi cuaca seperti lapisan inversi, yang mana udara dingin terperangkap di bawah lapisan udara hangat, dapat menghalangi pergerakan vertikal polutan. Ini menyebabkan akumulasi partikel di dekat permukaan dan meningkatkan terjadinya haze.

Baca juga: Wisatawan yang Tertahan di Labuan Bajo Berhasil Dievakuasi via Jalur Laut dan Udara

Halaman:


Terkini Lainnya
Daftar Lengkap Cuti Bersama 2026, dari Imlek hingga Natal
Daftar Lengkap Cuti Bersama 2026, dari Imlek hingga Natal
Travel News
Patung Hachiko di Tokyo, Kisah Anjing Paling Setia di Dunia yang Bikin Haru Wisatawan
Patung Hachiko di Tokyo, Kisah Anjing Paling Setia di Dunia yang Bikin Haru Wisatawan
Travelpedia
Arab Saudi Kurangi Masa Berlaku Visa Umrah, Kini Hanya 1 Bulan
Arab Saudi Kurangi Masa Berlaku Visa Umrah, Kini Hanya 1 Bulan
Travel News
Keraton Yogyakarta Setop Pentas Gamelan Wisata hingga Pemakaman PB XIII
Keraton Yogyakarta Setop Pentas Gamelan Wisata hingga Pemakaman PB XIII
Travel News
Mesir Buka Grand Egyptian Museum, Ada 5.000 Koleksi Firaun Tutankhamun
Mesir Buka Grand Egyptian Museum, Ada 5.000 Koleksi Firaun Tutankhamun
Travel News
Awas Pungli, Retribusi Masuk Kawasan Wisata Cibodas Masih Gratis
Awas Pungli, Retribusi Masuk Kawasan Wisata Cibodas Masih Gratis
Travel News
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Pembangunan Lift Kaca Kelingking Beach Disetop Sementara, Dipasang Garis Polisi
Travel News
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Dihadang Angkutan Umum, Transjakarta Hentikan Sementara Rute Pulogadung–Kampung Melayu
Travel News
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
3 Karya Budaya Wonosobo Masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025
Travel News
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Libur Akhir Tahun, Waspada Puncak Musim Hujan dan Baca Tips Ini
Travel News
KA Bukit Serelo Kertapati-Lubuk Linggau, Harga Tiket Rp 32.000
KA Bukit Serelo Kertapati-Lubuk Linggau, Harga Tiket Rp 32.000
Travelpedia
7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
7,2 Ton Sampah Diangkut dari Kawasan Pantai Tanjung Aan NTB
Travel News
Wonderful Indonesia Wellness 2025 Digelar di Solo dan Yogya Sebulan Penuh
Wonderful Indonesia Wellness 2025 Digelar di Solo dan Yogya Sebulan Penuh
Travel News
Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Gen Z Makin Doyan Liburan
Tren Pariwisata Dunia Bergeser, Gen Z Makin Doyan Liburan
Travel News
Super Air Jet Buka Rute Jakarta-Kediri PP 10 November, Terbang 3 Kali Seminggu
Super Air Jet Buka Rute Jakarta-Kediri PP 10 November, Terbang 3 Kali Seminggu
Travel News
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau