KOMPAS.com - Buntut pneumonia yang mewabah di Jepang, pakar medis di Hong Kong dan Thailand saat ini meminta warganya untuk menunda kunjungan ke Jepang.
"Pasien berisiko tinggi sebaiknya mempertimbangkan untuk menunda perjalanan mereka jika tujuan wisata sedang menghadapi wabah influenza yang serius," kata Dr. Leung Chi-chiu, spesialis pengobatan pernapasan, dikutip dari laman VN Express, Kamis (6/2/2025).
Ia juga mengingatkan bahwa wisatawan dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya lebih mungkin mengalami komplikasi serius jika mereka terserang flu.
Baca juga:
Pakar kesehatan pernapasan lainnya di Hong Kong juga menyarankan wisatawan untuk mendapatkan suntikan vaksin flu setidaknya dua minggu sebelum keberangkatan, tujuannya untuk memberikan waktu bagi antibodi untuk berkembang.
Tidak hanya itu, mereka juga menyarankan warganya untuk mengenakan masker di area ramai, menjaga kebersihan tangan saat mengunjungi negara dengan aktivitas flu yang meluas, menyimpan catatan kontak darurat setempat, dan membeli asuransi perjalanan sebelum perjalanan.
Sejalan dengan Hong Kong, dokter di Thailand menyarankan wisatawan Thailand untuk mempertimbangkan kembali rencana perjalanan ke Jepang, usai meninggalnya Barbie Hsu karena pneumonia.
Baca juga:
Melansir dari VN Express, Dr. Jade Boonyawongwiroj, asisten direktur Rumah Sakit Maharat Nakhon Ratchasima, menggambarkan wabah influenza di Jepang berada di level "parah", dengan rata-rata 66.132 kasus baru dilaporkan setiap hari selama 144 hari terakhir.
Ia menekankan beberapa daerah di Tokyo memiliki tingkat infeksi yang tinggi, dengan beberapa rumah sakit menolak menerima pasien kecuali mereka dalam kondisi serius.
Institusi Penyakit Menular Nasional Jepang memperkirakan bahwa dari 2 September 2024 hingga 26 Januari 2025, negara tersebut mencatat sekitar 9,52 juta kasus flu, menurut data yang dirilis pada 31 Januari.
Baca juga:
Melansir dari laman Telegraph, wabah pneumonia di Jepang dilaporkan sudah disoroti sejak akhir 2024, yang mana dinilai sebagai wabah pneumonia terburuk yang terjadi selama lebih dari 20 tahun.
Pada akhir 2024 tercatat hampir 6.000 kasus pneumonia mikoplasma, jumlah tersebut meningkat lebih dari 10 kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
Juga, merupakan jumlah tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1999.
Guna memerangi penyebaran penyakit ini, para ahli dari lima asosiasi medis Jepang menganjurkan untuk memakai masker kembali dan meningkatkan ventilasi dalam ruangan.
"Masyarakat harus cermat dalam mengambil tindakan pencegahan dasar untuk menghentikan penyebaran penyakit, seperti memakai masker dan mencuci tangan,” kata Mukae Hiroshi, Profesor di Universitas Nagasaki dan anggota Masyarakat Pernapasan Jepang, dikutip Kamis (6/2/2025).
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini