JAKARTA, KOMPAS.com - Ketahui periode puncak musim liburan (peak season) dan musim sepi liburan (low season) sebelum berlibur ke Jepang.
Sebab, perbedaan musim liburan Jepang bakal berpengaruh dengan bujet wisata yang akan dikeluarkan.
Biaya liburan, terutama akomodasi dan transportasi, cenderung meloncak saat peak season tiba sehingga perlu menyiapkan bujet lebih besar.
Baca juga: HSBC ANA Travel Fair Digelar hingga 26 Januari 2025 di Central Park
Seperti namanya, puncak musim libur di Jepang selalu jatuh pada hari besar, libur sekolah, dan akhir tahun.
Selain itu, Jepang yang dikenal dengan keindahan bunga sakuranya juga kerap dipadati saat musim semi atau musim sakura.
Lihat postingan ini di Instagram
Menurut Digital Marketing Supervisor HIS Travel, peak season di Jepang selalu terjadi pada Desember tiap tahunnya.
"Kalau enggak Desember, pokoknya selama periode salju dan musim Sakura selama Maret-April," ujar Ali saat ditemui Kompas.com di HSBC ANA Travel Fair, Kamis (23/1/2025).
Baca juga: Promo Tiket Pesawat Jakarta-Jepang PP Rp 4,9 Jutaan di HSBC ANA Travel Fair 2025
Menurut Ali, permintaan tur wisata ke Jepang saat musim salju bisa melonjak hingga 40 persen dibandingkan dengan low season.
"Kalau di Desember permintaannya bisa sampai 90 persen, mungkin kalau di musim lainnya, permintaan tur cuma sampai 50 persen," ungkap dia.
Hal serupa juga disampaikan oleh Consultant Tour dari Avia Tour, Tannia, saat ditemui dalam acara yang sama.
Baca juga: Promo Paket Tur Wisata ke Jepang untuk Libur Lebaran 2025, mulai Rp 13 Juta
"Januari, Maret, Juni, Juli, dan Desember itu peak season di Jepang. Paling banyak permintaan wisatanya pas libur sekolah dan Lebaran," kata Tannia.