Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangga Jadi Sumber Protein Makan Bergizi Gratis? Ini Kata Pakar Entomologi

Kompas.com - 13/02/2025, 20:39 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

BOGOR, KOMPAS.com - Peneliti IPB Universtiy di bidang entomologi, Prof. Purnama Hidayat menyampaikan pemikirannya soal pemanfaatan serangga sebagai salah satu menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Purnama menyebut bahwa serangga memang bisa menjadi alternatif sumber protein, terutama bagi masyarakat yang mengalami kekurangan gizi.

Namun, ia melanjutkan, konsumsi serangga lebih sesuai bagi kelompok masyarakat yang sudah terbiasa mengonsumsinya.

“Bisa saja serangga masuk dalam program MBG, tetapi bagi masyarakat yang memang terbiasa mengonsumsinya. Misalnya di beberapa daerah Indonesia bagian timur, ulat sagu menjadi makanan yang umum dikonsumsi karena mudah didapatkan,” jelas Prof Purnama seperti dilansir dari laman IPB University.

Ia mencontohkan, di beberapa negara seperti Thailand, Vietnam, dan China, serangga sudah menjadi bagian dari konsumsi sehari-hari.

Baca juga: Mau Diet, Pilih Paha atau Dada Ayam? Ini Kata Pakar IPB

 

Sementara di Indonesia, beberapa daerah juga mengenal serangga sebagai makanan, seperti belalang goreng di Gunung Kidul, kepompong jati di Jawa Tengah dan Jawa Timur, pepes larva lebah (botok tawon) di Jawa Timur, dan lainnya.

Namun, menurutnya, tidak semua masyarakat mau dan cocok mengonsumsi serangga. Misalnya, masyarakat pesisir yang lebih mudah mendapatkan sumber protein (ikan dan lainnya) dari laut, sehingga serangga bukan pilihan utama mereka.

“Jadi, serangga memang bisa menjadi alternatif protein, tetapi cocok untuk masyarakat yang mau memakannya dan di daerah tertentu yang mendukung ketersediaannya,” ujar Purnama.

Peneliti IPB Universtiy di bidang entomologi, Prof. Purnama Hidayat menyampaikan pemikirannya soal pemanfaatan serangga sebagai salah satu menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).Dok. IPB University Peneliti IPB Universtiy di bidang entomologi, Prof. Purnama Hidayat menyampaikan pemikirannya soal pemanfaatan serangga sebagai salah satu menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Dari segi kandungan gizi, Purnama menjelaskan bahwa menurut banyak hasil penelitian, serangga memiliki protein yang tinggi.

Ia juga mengungkapkan bahwa rasa belalang dan jangkrik mirip rasa udang karena sama-sama hewan beruas dan masih berkerabat dekat secara evolusi.

“Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan bahwa serangga yang dapat dimakan mengandung protein berkualitas tinggi, vitamin, dan asam amino yang bermanfaat bagi manusia,” kata Purnama.

Baca juga: Pakar IPB: Harimau Tasmania yang Punah, Bisa Dihidupkan Kembali

Di sisi lain, serangga juga dianggap hewan sumber protein yang lebih efisien dalam memproduksinya.

“Serangga memiliki tingkat konversi pakan yang tinggi, misalnya jangkrik membutuhkan pakan enam kali lebih sedikit dibandingkan sapi, empat kali lebih sedikit dibandingkan domba, dan dua kali lebih sedikit dibandingkan babi serta ayam broiler untuk menghasilkan jumlah protein yang sama. Selain itu, serangga menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca dan amonia dibandingkan ternak konvensional,” ungkap Purnama.

Meski demikian, ia menyadari masih banyak orang yang enggan mengonsumsi serangga karena belum terbiasa.

“Dulu, orang menganggap aneh saat air minum dijual dalam botol, tetapi sekarang sudah menjadi kebiasaan. Hal yang sama bisa terjadi dengan serangga. Mungkin suatu saat, ketika sumber protein semakin sulit didapat, serangga akan menjadi pilihan utama,” tambah Purnama.

Zach Lemann menyiapkan tonggeret untuk disantap di insektarium di New Orleans.AP/Gerald Herbert via VOA Indonesia Zach Lemann menyiapkan tonggeret untuk disantap di insektarium di New Orleans.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau