KOMPAS.com - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan, penulisan ulang sejarah Indonesia tidak akan fokus sepenuhnya pada peristiwa kerusuhan 1998.
Menurut Fadli, pada penulisan ulang sejarah yang akan diceritakan hanya inti-inti atau snapshot penting dari peristiwa terkait.
"Memang buku sejarah ini tidak membahas Mei 1998 itu hanya satu snapshot," kata Fadli Zon dalam rapat kerja Komisi X DPR yang disiarkan secara daring lewat Tv Parlemen, dikutip Kompas.com, Kamis (3/7/2025).
Fadli menjelaskan, nantinya Direktorat Sejarah akan menulis sejarah Indonesia yang sudah laman tidak terbarukan.
Baca juga: Beasiswa LPDP Tahap 2 Dibuka, Ini Daftar 5 PTN untuk Kuliah Gratis
Antara lain dengan memasukkan sejarah Presiden keempat Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Presiden kelima Megawati Soekarnoputri.
Kemudian era Presiden keenam dan ketujuh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden kedelapan dan kesembilan Joko Widodo (Jokowi).
"Jadi (dahulu sejarah) ditulis oleh Direktorat Sejarah yang dulu, (direktorat itu) sempat hilang sekarang baru ada (lagi) di Kementerian Kebudayaan," ujarnya.
Fadli melanjutkan, nantinya sejaran yang ditulis akan memuat semua hal yang telah terjadi di Indonesia dan beberapa temuan sejarah yang baru ditemukan.
Politisi Partai Gerindra juga menilai penulisan ulang sejarah Indonesia adalah bagian penting dari jati diri bangsa dan harus diketahui oleh generasi muda saat di era kecepatan sosial media.
"Menurut saya ini (sejarah) penting untuk kita angkat dan didiskusikan. Sangat terbuka untuk didiskusikan karena kalau tidak kita (Indonesia) akan kehilangan jati diri," ungkapnya.
Baca juga: Kemenkeu Buka Lowongan Kerja Magang 2025 di 34 Provinsi, Ini Cara Daftarnya
Sebelumnya, Fadli Zon dikritik karena berencana melakukan penulisan ulang sejarah yang ia gagas.
Kritikan itu muncul dari anggota Komisi X dari Fraksi PDI-P, Mercy Chriesty Barends juga meminta penulisan ulang sejarah dihentikan.
Mercy khawatir proyek tersebut akan semakin melukai korban yang masih mencari keadilan dan menimbulkan polemik baru di masyarakat jika terus dilanjutkan.
"Kami percaya ya Pak ya, daripada diteruskan dan berpolemik, mendingan dihentikan. Kalau Bapak mau teruskan, ada banyak yang terluka di sini," kata Mercy dalam rapat kerja dengan Menbud Fadli Zon yang disiarkan melalui akun YouTube Tv Parlemen, Rabu (2/7/2025).
Menurut Mercy, sejarah seharusnya tidak ditulis dengan cara memilih-milih peristiwa yang hendak diangkat.