Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Bantah Ada Pertemuan dengan Elon Musk, Menlu: Ini Hanya Cerita Dibuat-buat Media AS

Kompas.com - 17/11/2024, 09:27 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Reuters

TEHERAN, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi membantah adanya laporan pertemuan antara utusan Iran untuk PBB dengan Elon Musk dalam sebuah wawancara dengan TV pemerintah.

Ia memperingatkan bahwa Iran siap untuk konfrontasi atau kerja sama dalam perselisihannya dengan pengawas nuklir PBB IAEA dan negara-negara Barat dalam badan tersebut mengenai program nuklirnya.

"Laporan pertemuan ini adalah cerita yang dibuat-buat oleh media Amerika, dan motif di balik ini juga dapat dispekulasikan," kata Araghchi, mengulangi bantahan sebelumnya oleh Kementerian Luar Negeri Iran, sebagaimana diberitakan Reuters pada Minggu (17/11/2024).

Baca juga: Pasukan AS Serang Kelompok yang Didukung Iran di Suriah

The New York Times melaporkan pada Kamis bahwa Elon Musk yang merupakan penasihat Presiden terpilih AS Donald Trump, bertemu dengan duta besar Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Senin.

"Menurut pendapat saya, rekayasa media Amerika tentang pertemuan antara Elon Musk dan perwakilan Iran adalah bentuk uji coba untuk melihat apakah ada dasar untuk langkah tersebut," terang Araghchi.

"Kami masih menunggu pemerintahan baru AS untuk mengklarifikasi kebijakannya, dan berdasarkan itu, kami akan menyesuaikan kebijakan kami sendiri. Saat ini, bukan saatnya untuk pertemuan semacam itu dan juga tidak tepat," jelas dia.

Araghchi juga merujuk pada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang memiliki keputusan akhir dalam semua masalah negara.

"Tidak ada izin dari pimpinan untuk pertemuan semacam itu," tegasnya lagi.

Diketahui, hubungan antara Teheran dan IAEA memburuk karena beberapa masalah yang sudah berlangsung lama.

Termasuk Iran yang melarang ahli pengayaan uranium dari badan tersebut memasuki negara tersebut dan kegagalannya untuk menjelaskan jejak uranium yang ditemukan di lokasi yang tidak diumumkan.

"Jalur nuklir kami di tahun mendatang akan sensitif dan kompleks, dan kami siap untuk konfrontasi atau kerja sama," tutur Araghchi.

Dia mengatakan bahwa kesepakatan nuklir 2015, yang ditinggalkan Trump pada 2018 dalam masa jabatan pertamanya, tidak lagi memiliki nilai yang sama bagi Iran.

Baca juga: Pria Iran Didakwa Terkait Rencana Pembunuhan Donald Trump

"Jika negosiasi dimulai, pakta nuklir dapat menjadi acuan, tetapi tidak lagi memiliki arti penting sebelumnya. Kita harus mencapai kesepakatan yang layak," tandas Abbas Araghchi.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau