Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Subsidi untuk Anak Muda Harusnya di Atas Stasiun MRT atau KRL

Kompas.com - 23/06/2025, 07:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Di tengah tingginya harga tanah di perkotaan dan tantangan daya beli Generasi Z dan milenial akhir, rumah subsidi menjadi solusi krusial untuk first home buyers.

Namun, lokasi strategis seperti di atas stasiun, KRL, MRT atau LRT, serta kawasan berkembang, menjadi sorotan sebagai pilihan ideal.

Wacana rumah subsidi 18 meter persegi, meski kontroversial, memicu diskusi tentang kelayakan huni dan urban planning.

"Gen Z, dan milenial akhir dengan gaya hidup mobile dan preferensi terhadap efisiensi, membutuhkan hunian yang terintegrasi dengan transportasi publik seperti MRT atau LRT," tutur CEO Leads Property Service Indonesia Hendra Hartono, menjawab Kompas.com, Kamis (18/6/2025).

Baca juga: Lippo Tegaskan Tak Akan Ikut Garap Rumah Subsidi 14 Meter Persegi

Menurutnya, lokasi hunian di atas atau dekat MRT, seperti di Lebak Bulus, Blok M, atau Dukuh Atas, memungkinkan Gen Z bepergian ke pusat bisnis (CBD) dalam waktu singkat tanpa kendaraan pribadi.

“Dulu orang beli motor dulu, baru rumah. Sekarang, Gen Z bisa alokasikan dana untuk apartemen di atas MRT,” kata Hendra.

Contohnya, perjalanan dari Lebak Bulus ke Sudirman hanya 15–20 menit dengan MRT, dibandingkan 1 jam jika macet dengan mobil.

Dia menambahkan, rumah subsidi di atas MRT, LRT, atau KRL mendukung gaya hidup grab-and-go Gen Z, yang tidak memerlukan fasilitas berlebih seperti lahan parkir luas atau ruang co-working. Fasilitas seperti convenience store atau laundry coin di stasiun sudah cukup. 

Baca juga: Usul Rumah Subsidi Mini, Lippo: Tak Ada Kesepakatan dengan Kementerian PKP

Dengan harga tanah di Jakarta yang mahal, apartemen kecil (18–36 meter persegi) di simpul transportasi lebih terjangkau dibandingkan rumah tapak di pinggiran seperti Tenjo atau Cikampek.

Reduksi Biaya Hidup 

Tinggal di atas MRT mengurangi biaya transportasi, yang bisa mencapai Rp 4 juta per bulan untuk pekerja dengan UMP Jakarta (Rp 6 juta–Rp 8 juta).

“Kalau transportasi murah, Gen Z bisa alokasikan dana untuk cicilan KPR,” imbuh Hendra.

Namun, tantangan utama adalah kurangnya integrasi infrastruktur transportasi di Jakarta.

Baca juga: Beda Signifikan Rumah Subsidi di Indonesia dan Singapura: Kualitas dan Ekosistem

Banyak stasiun MRT, LRT, dan KRL belum terhubung dengan fasilitas perumahan, dan tarif transportasi belum holistik. Misalnya, kereta bandara hanya beroperasi setiap 1 jam, bukan 15 menit seperti di Jepang.

Solusi pemerintah adalah mempercepat pembangunan transit-oriented development (TOD) di simpul seperti Blok M atau Halim, dengan rumah subsidi berbasis vertikal.

Oleh Karena itu, Pemerintah harus memprioritaskan pembangunan rumah subsidi vertikal di atas stasiun MRT atau LRT, seperti di Blok M, Lebak Bulus, atau Halim.

“Gen Z tidak butuh rumah di Cikampek, tapi apartemen di Jakarta yang terjangkau,” cetus Hendra.

Integrasi infrastruktur transportasi, seperti kereta bandara setiap 15 menit dan tarif holistik, akan meningkatkan daya tarik TOD.

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau